Pandangan Kyai Husein Muhammad pada Bedah Buku Berjudul Bajik-Bijak Kaum Sufi

Flyer Buku Berjudul Bajik-Bijak Kaum Sufi (Studi Resiliensi Psikosufistik)

Cirebon. EDUKASIA.ID - Dalam bedah Buku Berjudul “Bajik-Bijak Kaum Sufi (Studi Resiliensi Psikosufistik) di Cirebon, Sabtu (21/1/2023), Pendiri Fahmina Institute, Dr. Hc KH Husein Muhammad menegaskan urgensi filsafat pemikiran Islam dalam relasi hidup di dunia.

“Pentingnya bidang filsafat pemikiran Islam mengenai hakikat relasi Tuhan, manusia dan semesta. Meletakan unsur spiritual dalam bahasa bijak, sebagaimana para filosof timur tengah, sangat hidup dan terus menginspirasi,” ujar kyai Husein Muhammad saat menjadi pembanding bedah buku yang diselenggarakan Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema) Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon tersebut.

Tentang buku “Bajik-Bijak Kaum Sufi (Studi Resiliensi Psikosufistik), dirinya menyebutkan bahwa buku tersebut memuat persoalan aktual dalam kehidupan masyarakat dan sangat penting untuk dibaca, serta menjadi model untuk mendorong para akademisi melahirkan karya-karya yang cemerlang.

Sementara itu, pembanding lain, Dr. Sumanta mengemukakan bahwa gagasan yang dituangkan dalam buku Bajik Bijak Kaum Sufi, sistematikanya sangat baik, mengungkap perumpamaan tentang ragam persoalan, serta dapat dengan mudah ditangkap maksudnya oleh pembaca.

“Diksi yang digunakan dalam sub judul misalnya tentang Zuhud Bukan Benci Dunia, serta penjelasan al-takwil al-ilm dipadukan dengan pendekatan kontemporer melalui Resiliensi Psikologi Sufistik, Historis Nabi, Fenomenologi dan Budaya memacu daya Tarik dalam tulisan ini menjadi hidup dan interaktif,” ujar Sumanta.

Menurutnya buku ini penting untuk akademisi dan masyarakat yang menjelajahi ruang sufistik penuh warna, selain itu buku tersebut ia nilai sangat mewakili penjelasan dari hulu ke hilir dengan konsep sufi kontemporer. Dan ia pun bersepakat dengan ragam konsep yang ditawarkan dalam resiliensi psikosufistik

Penulis buku, Ayub Wahyudin, M.A menyebut buku tersebut ia susun sebagai upaya untuk mengungkap sisi terdalam Sufistik, tak bisa sekedar menjadi pengamat yang hanya mengungkap struktur terluar saja (surface structure), tetapi melampaui itu, yakni terlibat dalam pemaknaan mendalam dari setiap ruang yang terisi oleh pemaknaan sufi (deep structure).

“Hingga bahasa sebagai teks, konteks juga kontekstualisasi, tradisi hingga habitus terdalam. Karna makna sufistik yang beragam, menyelaminya seperti menemukan serpihan mutiara yang terserak,” tegas Ayub Wahyudin.

Buku itu sebagai potret dan daya tarik psikologi dan sufistik yang solid dalam upaya membangun benteng resiliensi (ketahanan) agar semakin kuat, ditengah gempuran reaksi alam kosmos (bencana), serta jiwa yang terkoyak.

“Reproduksi pengetahuan yang konsisten bagi komunitas Al-Hikam, merupakan cara efektif dalam membangun ketahanan manusia menghadapi ragam persoalan hidup diantaranya stress, anxiety (kecemasan), putus asa, neurosis, dan sebagainya,” sambung Ayub.

Ia menambahkan, paduan riset dan literatur utama dari kitab al-Hikam karya Syekh Ibnu Athaillah Asy-Syakandari serta Ihya Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali yang monumental ternyata memuat unsur ketahanan yang relatif baru dalam kajian psikologi sufistik (modern),

Oleh karenanya, lanjut Ayub, inisiatif bedah buku dengan Keynote Speaker Rektor ISIF Cirebon, KH. Marzuki Wahid, MA tersebut ia sebut diperlukan untuk membuka wawasan, menjawab pandangan skeptis yang berdasarkan pada tinjauan parsial, seolah kontekstualisasi tasawuf era kontemporer tak berlaku, meluruskan jalan pikiran yang zumud, tertinggal, terbelakang, utamanya prasangka yang terserak di masyarakat kita, yang tak dapat dipertanggungjawabkan.

“Fakta menunjukan betapa ruang sufistik menarik minat masyarakat secara sukarela,” tukasnya.

“Semoga buku ini memberi manfaat bagi para musafir ilmu, sebagaimana "urip iku urup", dapat memberi pencerahan atau sebagai cahaya menerangi kegelapan,” pungkasnya.

buttons=(Accept !) days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top