Inilah Prof Mamik, Guru Besar FKM UNAIR Peraih Penghargaan Penggerak Kampung Emas

Prof Dr Sri Sumarmi SKM MSi mendapatkan penghargaan dari Walikota Surabaya, saat Peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-78 di Balai Kota Surabaya, Kamis (17/8/2023).

Surabaya. EDUKASIA.ID - Momentum Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-78, Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (UNAIR), Prof Dr Sri Sumarmi SKM MSi sebagai penggerak dan motivator program Kampung Emas.

Prof Mamik (sapaan akrab Prof Dr Sri Sumarmi SKM MSi) tersebut mendapatkan penghargaan yang diberikan langsung oleh Walikota Surabaya Eri Cahyadi tepat saat Peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-78 di Balai Kota Surabaya, Kamis (17/8/2023).

Penghargaan tersebut menurut Prof Mamik diberikan atas perannya sebagai penggerak dan motivator program Kampung Emas yang kini telah merata di seluruh kelurahan di Kota Surabaya.

“Kampung Emas itu upaya untuk membantu Pemerintah Kota Surabaya menurunkan prevalensi stunting. Ini kami gagas bersama dengan teman-teman di FKM dan lintas fakultas,” ungkapnya dilansir dari laman Unair.

Ketua Konsorsium Perguruan Tinggi Peduli Stunting Jawa Timur tersebut bersyukur atas capaian penghargaan itu. Ia menyebutkan bahwa Kampung Emas merupakan turunan dari Program Desa Emas yang pada tahun 2022 telah menyasar 18 Kabupaten/Kota di Jawa Timur.

Dengan konsep yang besar, Desa Emas hanya mampu menyasar 10 kelurahan di Surabaya. Dari itu Kampung Emas mencoba bergerilya dari bawah, sehingga kini telah merata di 153 kelurahan di Surabaya.

Tak hanya tim dosen, mahasiswa ikut terlibat dalam program tersebut untuk menjadi edukator bagi masyarakat. Ia pun berupaya untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pencegahan stunting bagi kepala wilayah di setiap kawasan.

Prof Mamik menyebut, hal tersebut sangat penting, mengingat merekalah yang akan menjadi jembatan antara pemerintah dan masyarakat ketika terdapat kebijakan, khususnya perihal stunting.

“Apakah komitmen (pencegahan stunting, Red) ini masih sama sampai level desa dan kelurahan. Oleh karena itu, kita turunkan mahasiswa. Bagaimana kompenen di level itu bekerja apakah sinergi atau tidak,” tambah Prof Mamik.

Program pemberantasan stunting tersebut, jelas Prof Mamik, merupakan tanggungjawab dari semua pihak. Bukan hanya dinas kesehatan saja melainkan dinas-dinas terkait juga perlu ikut bersinergi. Dengan memastikan kecukupan gizi di seribu hari pertama maka itu sudah mampu menyelamatkan satu generasi.

“Untuk warga juga harus saling gotong royong, utamanya antara tetangga. Apabila dalam satu wilayah sudah terjalin kehangatan antar warga, maka antar sesama pun akan mudah membantu,” pesannya.

buttons=(Accept !) days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top