100 Remah Hikmah (42): Gaji Bulanan vs Gaji Jalanan

Ilustrasi: Foto pixabay

Penulis: Salahuddin Ibnu Sjahad*

EDUKASIA.ID - Orang kebanyakan mestinya lebih merasa nyaman dengan kepastian. Termasuk dalam urusan penghasilan. 

Kenyamanan itulah yang sekarang diidamkan jutaan pengangguran yang setiap kali ada tes CPNS di manapun, pasti ikut. 

Orientasi tersebut hampir sama diderita oleh para freshgraduate (mereka yang ijazahnya masih berbau kertas, belum berbau lemari) untuk berlomba menyebar berkas lamaran kerja sebanyak mungkin di stand-stand job fair milik perusahaan mentereng dan sudah "punya nama".

Kenyamanan yang sama yang diingin-kan para calon pendidik ketika lebih memilih menjadi sukwan di sekolah negeri daripada swasta karena lebih dihargai "keringatnya". 

Percaya atau tidak, itu karena sejak sekolah mereka (dan kita) dilatih untuk membayar infaq bulanan. 

Selain itu, kadang menjadi bulan-bulanan para oknum yang pada tanggal tua bulanannya sudah menipis atau malah sudah habis. 

Para ibu kos kejam yang mengusir si penghuni karena telat bayar uang kosnya.. Para oknum polisi lalu lintas yang mengadakan operasi "kangguru" bersama teman-teman sekomplotan untuk mencari-cari kesalahan para pengguna motor yang lewat (dan seperti kangguru yang punya kantong pribadi, uang damai para korban juga akan masuk kantong-kantong seragam pribadi).. 

Para karyawati pabrik yang rata-rata bergaji UMK (bukan Upah Minimum Kabupaten, tapi Uang Makan Kurang) akan punya kebiasaan yang dibenci Bang Haji Rhoma Irama: gali lobang tutup lobang.. 

Tahukah anda bahwa Rasul kita Muhammad tak pernah menerima gaji bulanan selama hidup beliau? 

Sama dengan para sahabat "ultra kaya" seperti Abdurrahman bin Auf, Utsman bin Affan yang hanya mengandalkan "gaji jalanan". Yakni penghasilan yang tidak tetap tiap bulannya. Mereka kaya dengan cara itu.

Mereka berderma dan berjihad dengan jalan "tidak nyaman" tersebut. Lebih keren lagi karena mereka tidak butuh menimbun hasil jerih payah tadi karena sadar bahwa semua itu milik Allah. Dan kepadaNya lah berhak dikembalikan. Anda mau jadi orang keren?

Berdaganglah. Berinvestasilah. Niati karena Allah. 

Lillah. Billah. Fillah


**** * ****

*Salahuddin Ibnu Sjahad atau Mohammad Salahuddin Al-Ayyubi, seorang guru mata pelajaran Ilmu Tafsir di MAN Sumenep, peraih beasiswa studi S2 melalui Beasiswa Indonesia Bangkit di UIN Sunan Kalijaga. Tulisan ini merupakan kompilasi statusnya di Facebook yang kemudian dijadikannya buku berformat PDF, diberinya judul "100 Remah Hikmah: Secuil Cerita dan Sudut Pandang Baru dalam Menikmati Rutinitas Kehidupan."

buttons=(Accept !) days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top