100 Remah Hikmah (89): Sarapan Hoax


Ilustrasi: Foto pixabay


Penulis: Salahuddin Ibnu Sjahad*

EDUKASIA.ID - Mengapa generasi muda sekarang gampang sakit?

Karena mereka (dan saya) terbiasa sarapan hoax dulu sebelum benar-benar sarapan pagi. Berita atau isu-isu yang buruk di pagi hari punya efek yang benar-benar buruk bagi kesehatan hanya karena satu efek samping yang pasti tersajikan sejak awal masuk diserap memori otak. 

Benar, itulah bad mood. Koran harian punya dua sisi tak terpisahkan bak uang logam: light side & dark side. Sisi terangnya bisa membuat pembaca meletup semangat dan kreativitasnya untuk memulai hari dengan ceria dan yang jelas produktivitas akan meningkat.

Sedangkan sisi gelapnya, berita-berita buruk yang memang biasa dijadikan headline akan menjajah pikiran sehingga kesannya seakan-akan di dunia ini sudah tidak ada orang baik lagi atau kesan tiada hari tanpa musibah. 

Kita sering minder untuk bangkit dari keterpurukan. Bahkan walaupun itu baru di ranah pikiran. Itu mending. 

Karena apa yang tertulis di media cetak rata-rata bisa dipertanggungjawabkan asal-usulnya. Tidak mungkin awak media copy paste dari redaksi lain alias menduplikasi secara langsung. 

Yang parah adalah ketika saya menyapa dunia maya di pagi hari dan di sana sudah menunggu ribuan tulisan yang saya sendiri kesulitan membedakan atau menelusuri mana yang benar dan yang dibenar-benarkan. Yang obyektif dan yang ngobyekan

Yang buruk dan yang buruknya gak ketulungan. Yang semua itu sudah terlanjur tertulis dan tak mungkin terblokir oleh BNPT karena pemerintah lebih suka menutup/memblokir situs-situs yang dianggap sesat dan bukan yang memang sudah jelas-jelas menyesatkan di mesin pencariannya bang Gugel

Saya sadar bahwa bang Gugel lebih 'alim daripada saya walaupun saya lebih tua umurnya. Bedanya, saya tak suka hoax. Bang Gugel tak peduli hoax atau bukan. 

Yang penting dia makin untung karena semakin banyak yang sowan, makin banyak iklan, makin banyak pendapatan.

Saya yakin, suatu saat kesehatan Bang Gugel akan terganggu gara-gara tidak peduli pada banyaknya hoax

Saat itu saya berharap Indonesia sudah punya alim ulama yang tak hanya lebih pandai, tapi juga lebih tawadhu' dan wara' dari Bang Gugel.



**** * ****

*Salahuddin Ibnu Sjahad atau Mohammad Salahuddin Al-Ayyubi, seorang guru mata pelajaran Ilmu Tafsir di MAN Sumenep, peraih beasiswa studi S2 melalui Beasiswa Indonesia Bangkit di UIN Sunan Kalijaga. Tulisan ini merupakan kompilasi statusnya di Facebook yang kemudian dijadikannya buku berformat PDF, diberinya judul "100 Remah Hikmah: Secuil Cerita dan Sudut Pandang Baru dalam Menikmati Rutinitas Kehidupan."

buttons=(Accept !) days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top