100 Remah Hikmah (88): Manusia Modern: Makhluk Tanpa Muka


Ilustrasi: Foto pixabay


Penulis: Salahuddin Ibnu Sjahad*

EDUKASIA.ID - 

-1- 

Saya termasuk manusia modern karena punya banyak teman yang tak pernah bertemu muka. Bisa jadi karena mereka kenal saya padahal saya belum tentu kenal mereka, tapi seringkali membantu saya. 

Itu tipe pejabat yang tak pernah blusukan yang hanya paham jumlah penduduk tapi tidak pernah tahu wajah masing-masing. 

Atau kemungkinan kedua: teman tanpa muka itu memang mengaku teman saya tapi saya minder karena dia ternyata artis terkenal. 

Ya..meskipun cuma fotonya. Saya sadar banyak orang yang tidak pede dengan foto narsis atau close up nya sehingga yang dipajang di media sosial adalah gambar apapun yang mencerminkan dirinya. 

Merekalah para aktifis dunia maya yang tak rela mukanya diketahui publik. Dan prinsip tersebut kadang memang perlu. 

Dengan adanya status atau postingan blog yang bagus tapi tidak terdeteksi siapa bloggernya, kita bisa mengamalkan mahfudhot:

 انظر ما قال و ال تنظر من قال 

“Lihatlah pada apa yang dibicarakan dan jangan pada siapa yang berbicara” 

Kita mau mengambil ilmu dari teman-teman yang bisa jadi lebih muda.

-2- 

Banyak dari kita yang seakan (atau memang) sudah tak punya muka (baca: rasa malu). Bahasa jawanya: rai gedhek

Seorang santri nyelonong begitu saja di depan kiainya. Anak tak pernah berbahasa krama dengan ortunya sampai kematiannya. 

Para koruptor cengengesan di depan publik walau sudah jelas-jelas ber-rompi oranye KPK. Guru agama terdapati melakukan hal-hal yang menafikan norma agama. 

Masing kurang bukti apalagi untuk menunjukkan modernisasi yang massif di sekitar kita? 

-3- 

Kehilangan muka hanya karena cara yang salah dalam mengemukakan. Banyak tokoh terkenal yang berakhir karir moncernya hanya gara-gara terpeleset lidahnya. 

Maklum karena belum ada panti pijat yang bisa meluruskan lidah yang terlanjur "keseleo". Hilang uang bisa mengadu ke polisi. Hilang muka? 

-4- 

Kita sudah bisa dapat penghasilan tanpa harus bertatap muka. Jadilah, penjual dan pembeli benar-benar tanpa muka. 

Malah yang dipentingkan adalah uang muka. Mestinya kita tahu bahwa pertemuan dua muka bisa menambah trust (rasa percaya). 

Belum lagi jika fenomena ini merambah ke pernikahan tanpa muka atau perselingkuhan tanpa tatap muka. Sekarang sudah banyak terjadi. 

Silaturrahim pas lebaran pun kian tergantikan dengan ucapan selamat dan maaf dari jauh. Tak perlu muka karena sudah banyak pula emoticon atau stiker yang bisa mewakili gesture wajah saat sms, BBM ataupun WA.

-5- 

Dan yang terakhir.. belum tentu muka yang kita temui dan kita kenali adalah muka yang sebenarnya. Buronan akan tak terlacak karena sebagian uang rampokan digunakan operasi plastik atau face off total.

Beruntunglah para hewan karena jarang punya keinginan yang aneh-aneh, sehingga sejelek apapun orangutan tapi bangga karena mukanya pernah nongol di uang kertas 500 Rupiah. Mau menyaingi?


**** * ****

*Salahuddin Ibnu Sjahad atau Mohammad Salahuddin Al-Ayyubi, seorang guru mata pelajaran Ilmu Tafsir di MAN Sumenep, peraih beasiswa studi S2 melalui Beasiswa Indonesia Bangkit di UIN Sunan Kalijaga. Tulisan ini merupakan kompilasi statusnya di Facebook yang kemudian dijadikannya buku berformat PDF, diberinya judul "100 Remah Hikmah: Secuil Cerita dan Sudut Pandang Baru dalam Menikmati Rutinitas Kehidupan."

buttons=(Accept !) days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top