12 Nama Bulan dalam Kalender Jawa dan Makna di Baliknya

Redaksi
0
Ilustrasi kalender. Foto Freepik.

EDUKASIA.ID - Taukah Anda, ternyata penanggalan Jawa juga memiliki sistem bulan tersendiri yang unik dan penuh makna budaya? 

Dalam kehidupan masyarakat Jawa, kalender ini bukan sekadar alat untuk mencatat waktu, tapi juga menjadi bagian penting dalam tradisi dan kearifan lokal. 

Nama-nama bulannya terdengar khas, bahkan beberapa berasal dari serapan bahasa Arab yang diadaptasi dalam pelafalan dan budaya Jawa.

Kalender Jawa digunakan dalam berbagai peristiwa budaya, ritual, hingga perayaan keraton. 

Nah, biar nggak penasaran, yuk kita kenali satu per satu nama bulan dalam sistem penanggalan Jawa, berdasarkan kajian etnolinguistik dari Iliya Ulva dalam jurnal “Mengenal Istilah Bulan Dalam Kalender Jawa Pada Kehidupan Masyarakat Jawa” (Vol. 1 No. 3, Juli 2024).

12 Bulan dalam Kalender Jawa

1. Suro

Ini adalah awal tahun dalam kalender Jawa, bertepatan dengan bulan Muharram dalam kalender Hijriah. Nama “Suro” berasal dari kata “Asyura” (hari ke-10 Muharram). 

Bulan ini digunakan untuk merenung dan memanjatkan doa demi keselamatan. Di beberapa daerah, digelar tradisi Grebeg Gunungan Sura sebagai bentuk rasa syukur.

2. Sapar

Diambil dari kata “Safar” dalam bahasa Arab, bulan ini menandai masa perjalanan. Biasanya digunakan oleh pihak keraton untuk menyosialisasikan kebijakan, rencana kerajaan, atau pengumuman penting lainnya.

3. Mulud

Berbarengan dengan bulan Rabiul Awal, Mulud diperingati sebagai bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW. 

Dalam tradisi Jawa, bulan ini identik dengan Mauludan, yang diisi dengan pengajian dan kirab budaya.

4. Bakdo Mulud

Secara harfiah berarti “setelah Mulud”. Bulan ini jatuh pada Rabiul Akhir dan menjadi masa transisi dari rangkaian perayaan Maulid. 

Dalam budaya Jawa, tidak banyak perayaan khusus di bulan ini.

5. Jumadil Awal

Nama bulan ini diambil langsung dari bulan Islam Jumadil Awal. Biasanya digunakan untuk kegiatan sehari-hari biasa tanpa banyak tradisi yang menonjol.

6. Jumadil Akhir

Lanjutan dari bulan sebelumnya, nama ini juga diadaptasi dari bulan Hijriah Jumadil Akhir. Tradisi besar tidak terlalu tampak di bulan ini.

7. Rejeb

Sering disebut sebagai bulan yang indah dan penuh berkah. Banyak pasangan memilih menikah di bulan ini. 

Dalam Islam, Rajab adalah bulan mulia yang disarankan untuk memperbanyak ibadah.

8. Ruwah (Arwah)

Bertepatan dengan bulan Syaban, bulan ini disebut juga “Bulan Arwah” karena tradisi nyadran (ziarah kubur) yang dilakukan masyarakat Jawa untuk mendoakan leluhur.

9. Poso (Puwasa)

Serapan dari kata “Puasa” atau “Shaum” (Ramadhan), bulan ini penuh dengan aktivitas ibadah, terutama berpuasa. Jadi jangan heran kalau suasananya mirip Ramadhan di kalender Hijriah.

10. Sawal

Bertepatan dengan bulan Syawal. Setelah berpuasa sebulan penuh, masyarakat Jawa merayakan kemenangan lewat tradisi Lebaran dan Grebeg Gunungan Sawal.

11. Dzulqoidah (Apit)

Bulan ini sering disebut “Apit” karena berada di antara dua perayaan besar yakni Sawal dan Besar. Dalam budaya Jawa, bulan ini dikenal sebagai masa “tenang” tanpa perayaan besar.

12. Besar

Merupakan bulan terakhir, bertepatan dengan bulan Zulhijjah. Namanya mencerminkan kemeriahan Idul Adha dan ibadah haji. 

Keraton biasanya mengadakan Grebeg Gunungan Besar sebagai bagian dari perayaan spiritual dan budaya.

Nah, itulah ulasan tentang 12 bulan dalam penanggalan Jawa. Semoga menambah wawasan Anda ya!

Posting Komentar

0 Komentar

Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.

Posting Komentar (0)

#buttons=(Ok, Go it!) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Ok, Go it!
To Top