Gowes 4.000 Km Lintasi Eropa, Alumnus Unair Tuntaskan Misi NorthCape4000

Ma'rifah Nugraha
0
Potret Arbelly Noor saat melakukan gowes. Foto: Unair.

EDUKASIA.ID - Mengayuh sepeda sejauh 4.000 kilometer melintasi berbagai negara Eropa bukan perkara gampang. Tapi alumnus Fakultas Hukum Universitas Airlangga (Unair), Arbelly Noor SH MM, membuktikan bahwa tekad dan disiplin bisa menaklukkan jarak dan cuaca ekstrem.

Arbelly baru saja menyelesaikan tantangan #NorthCape4000, sebuah ajang ultra cycling lintas negara dari Italia menuju titik utara benua Eropa di Norwegia. Total jarak yang ia tempuh? Sekitar 4.000 km. Semua ia lakukan sendiri, tanpa tim pendukung.

“Awalnya lari, tapi bosan, lalu beralih ke sepeda. Dari situ saya mulai ikut berbagai trek pendek, hingga akhirnya menemukan tantangan di dunia ultra cycling,” ujarnya dalam rilis resmi Unair, Selasa, 19 Agustus 2025.

Dari Pandemi ke Pedal

Kecintaan Arbelly pada olahraga bukan hal baru. Sejak kecil ia sudah aktif bermain bola, voli, dan basket. Namun pandemi COVID-19 pada 2021 jadi titik baliknya. Ketika lapangan basket ditutup, ia mencari pelarian lain dan berkenalan dengan sepeda.

Sejak itu, ia menekuni ultra cycling dan mengikuti berbagai event jarak jauh. Beberapa di antaranya termasuk Tur Surabaya-Mandalika (500-600 km) dan Bentang Jawa (1.500 km).

“Persiapannya butuh tujuh bulan. Latihan rutin 500-800 km per minggu, ditambah nutrisi dan istirahat cukup,” ungkapnya.

Selama perjalanan NorthCape4000, Arbelly melintasi sejumlah negara: Italia, Jerman, Chekoslowakia, Polandia, Swedia, Finlandia, hingga Norwegia.

Meski dilakukan saat musim panas, cuaca tetap jadi musuh utama. Angin kencang dan suhu dingin jadi ujian tersendiri bagi pria yang terbiasa hidup di iklim tropis.

“Meski musim panas, anginnya bisa 45 km/jam dengan suhu 12–20 derajat. Bagi orang tropis seperti saya, ini cukup menguras tenaga,” jelasnya.

Selain cuaca, keterbatasan suplai makanan juga membuat perjalanan semakin menantang. Jalur hutan tanpa warung atau minimarket memaksa Arbelly menyusun strategi logistik dengan cermat.

“Strateginya adalah membeli persediaan makanan dalam jumlah cukup saat memasuki kota kecil,” katanya.

Ia juga hanya tidur 4–5 jam per hari. Namun di balik kerasnya medan, Arbelly menemukan sisi lain dari masyarakat Eropa yang menurutnya penuh kepercayaan dan sangat menghargai pesepeda.

“Saya pernah menginap di hotel tanpa resepsionis, kunci kamar hanya ditaruh di pintu. Di desa, banyak yang menawarkan hasil kebun atau minuman kepada pesepeda yang lewat,” ujarnya.

Sebagai alumnus Unair dan Magister Manajemen UI, Arbelly ingin aksinya ini tak sekadar petualangan pribadi. Ia berharap bisa jadi inspirasi bagi anak muda untuk berani mencoba dan konsisten menjaga kesehatan.

“Latihan tidak akan mengkhianati hasil. Jaga kesehatan sejak dini, karena tanpa tubuh yang sehat, sehebat apa pun kemampuan atau setinggi apapun cita-cita akan sulit tercapai,” tegasnya.

Rencananya, Arbelly menargetkan garis finish pada 20 Agustus, dengan rata-rata kayuhan 160 km per hari. Mendekati Lingkar Arktik, ia mengaku medan semakin sulit dan cuaca makin ekstrem. Tapi semangatnya tetap menyala.

“Semakin dekat ke lingkar Arktik, tantangan medan dan cuaca makin berat. Tapi saya yakin, selama fisik terjaga dan mental kuat, semuanya bisa diselesaikan,” pungkasnya.

Posting Komentar

0 Komentar

Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.

Posting Komentar (0)

#buttons=(Ok, Go it!) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Ok, Go it!
To Top