Kisah Juri Porsema XIII Jateng yang Tumbang di Perjalanan

Redaksi
0
 Dua juri Pekan Olahraga dan Seni Ma’arif NU (Porsema) XIII Lembaga Pendidikan Ma’arif NU PWNU Jawa Tengah di Wonosobo, Junaidi Abdul Munif dan Pujianto. Foto ist.

Wonosobo, EDUKASIA.ID - Pekan Olahraga dan Seni Ma’arif NU (Porsema) XIII Lembaga Pendidikan Ma’arif NU PWNU Jawa Tengah di Wonosobo menyimpan kisah menarik di balik jalannya lomba. Dua juri, Junaidi Abdul Munif dan Pujianto alias Puji Pistols, harus berhadapan dengan kondisi fisik yang kurang bersahabat ketika melakukan perjalanan menuju lokasi acara.

Keduanya dikenal mudah mengalami pusing dan mual ketika menempuh perjalanan jauh menggunakan kendaraan. Meski demikian, hal tersebut tidak menyurutkan niat mereka untuk hadir dan menjalankan tugas sebagai juri.

Junaidi Abdul Munif, juri Lomba Penulisan Biografi Kiai Lokal, mengaku perjalanan menuju Wonosobo cukup menguras tenaga.

“Harus membuka kaca kalau naik mobil. Dulu sih sering naik sepeda motor daripada naik mobil ketika perjalanan jauh,” ujarnya, Jumat 12 September 2025 di sela perjalanan menuju Kampus 1 UNSIQ Wonosobo.

Pria yang akrab disapa Bang Jun itu menambahkan, faktor sopir dan kondisi kendaraan sangat memengaruhi kenyamanan perjalanan. “Sebenarnya pusing tidak pusing saat perjalanan bergantung sopirnya,” kelakarnya.

Meski memiliki riwayat pusing saat naik mobil, kali ini ia mengaku bisa menempuh perjalanan dari Grobogan ke Wonosobo dengan lancar menggunakan travel.

Hal serupa juga dialami Pujianto atau Puji Pistols, juri Lomba Cipta dan Baca Puisi. Ia memilih menempuh perjalanan dari Pati ke Wonosobo dengan sepeda motor.

“Saya tadi naik sepeda motor boncengan dari Kabupaten Pati, karena saya kalau naik mobil ya mual perjalanan,” kata Mbah Puji.

Namun perjalanan menggunakan motor juga tidak lepas dari tantangan. Ia sempat tersasar hingga jalur pegunungan dan harus menahan dingin sepanjang jalan. “Saya motoran saja, daripada pusing,” tambahnya.

Mbah Puji mengaku sejak dulu sering mengalami kondisi tersebut. Menurutnya, rasa mual bisa dipicu oleh suara kendaraan yang terus-menerus terdengar selama perjalanan.

Meski harus menghadapi drama perjalanan, keduanya tetap menjalankan amanah sebagai juri Porsema XIII Jateng. Bagi mereka, menjadi juri bukan hanya soal memberi penilaian, melainkan juga bagian dari upaya membangun tradisi literasi dan seni di lingkungan Ma’arif NU.

Semangat tersebut membuat keduanya tetap hadir, meskipun fisik sering kali protes ketika menempuh perjalanan jauh.

Porsema XIII tidak hanya mencatat prestasi para peserta, tetapi juga menyimpan cerita dedikasi dari dua juri yang berangkat dengan kepala berat, lalu pulang dengan kepala tegak.

Posting Komentar

0 Komentar

Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.

Posting Komentar (0)

#buttons=(Ok, Go it!) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Ok, Go it!
To Top