Armaya Rosa, Putri Tunarungu dari Pasangan Tunanetra Raih Gelar Sarjana

Ma'rifah Nugraha
0
Wisudawati UIN Ar-Raniry Armaya bersama ayahandanya menerima ucapan selamat dari Rektor Mujiburrahman. Foto Kemenag.

EDUKASIA.ID - Suasana haru menyelimuti Auditorium Prof Ali Hasjmy, UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Kamis, 2 September 2025. Pada hari ketiga Wisuda Gelombang III itu, ribuan toga hitam tampak berjejer rapi. Namun, di antara lautan wisudawan, satu momen menyentuh hati menyedot perhatian seluruh ruangan.

Armaya Rosa (25), putri pasangan tunanetra, berdiri tegak di panggung wisuda. Di tangannya tergenggam erat jemari sang ayah, Hasril Hendra Armadi. Pandangan matanya kosong, tapi suara Hasril bergetar penuh rasa syukur.

“Walaupun tidak bisa melihat langsung, saya tahu anak saya sudah menyelesaikan kuliahnya,” ucapnya lirih.

Sejenak ruangan menjadi hening. Tak lama kemudian, tepuk tangan bergemuruh memenuhi auditorium. Banyak yang menahan air mata menyaksikan momen yang menjadi bukti cinta orang tua yang tak pernah padam, meski hidup dalam keterbatasan.

Armaya lahir di Sigli dan besar di Banda Aceh. Ia merupakan anak pertama dari lima bersaudara. Sejak kecil, ia terbiasa hidup sederhana bersama orang tuanya yang keduanya tunanetra. Sang ayah bekerja sebagai tukang pijat, sementara sang ibu, Saniah, membantu mencari nafkah dengan profesi yang sama.

“Banyak tantangan, apalagi ekonomi keluarga kurang mampu,” ujar Hasril.

“Tapi saya yakin anak saya bisa menyelesaikan kuliahnya,” lanjutnya.

Semangat itulah yang menular kepada Armaya. Selama 13 semester menempuh studi Kimia di UIN Ar-Raniry, ia tak sekali dua kali hampir menyerah. Namun pesan ayahnya selalu terpatri di hati.

“Jangan minder, jangan malu, tetaplah berjuang,” kata Hasril, pesan yang selalu diingat sang putri.

Perjuangan panjang itu akhirnya berbuah manis. Armaya resmi dinyatakan lulus dengan IPK 3,11. Di tengah berbagai keterbatasan, ia membuktikan diri bahwa mimpi bisa dicapai oleh siapa pun yang tekun dan percaya.

“Orangtua saya selalu menanamkan semangat. Walaupun mereka tunanetra, mereka tidak pernah menyerah. Itu membuat saya terus bertahan,” ujar Armaya.

Sang ayah tak henti memberikan dorongan kepada anak-anaknya untuk tetap percaya diri.

“Walaupun orang tua cacat tunanetra, kalian harus bisa seperti orang lain," ujarnya.

"Alhamdulillah, anak-anak saya tidak malu punya orang tua seperti kami," tambah Hasril.

Bagi Armaya, toga yang ia kenakan bukan sekadar simbol kelulusan. Di baliknya, tersimpan peluh dan doa tanpa henti dari orang tua yang tak pernah melihat, tetapi selalu menuntun langkah.

“Saya sangat bahagia bisa membanggakan orang tua di momen ini,” katanya tersenyum.

Meski tak dapat melihat putrinya berdiri gagah di atas panggung, Hasril dan Saniah dapat mendengar sorak tepuk tangan yang menggema. Suara itu menjadi cahaya bagi keduanya menggambarkan kebanggaan yang tak terlukiskan.

Lebih dari Sekadar Statistik

Armaya menjadi salah satu dari 2.081 lulusan UIN Ar-Raniry pada Wisuda Gelombang III Tahun 2025. Dari jumlah itu, 1.932 meraih gelar sarjana, 139 magister, dan 10 doktor. Sejak berdiri, kampus ini telah melahirkan lebih dari 64 ribu alumni.

Namun bagi Armaya, angka hanyalah catatan. Hal utama adalah makna perjuangan di balik setiap langkahnya.

Posting Komentar

0 Komentar

Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.

Posting Komentar (0)

#buttons=(Ok, Go it!) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Ok, Go it!
To Top