Bunyai Nurur Rohmah, Dari Guru RA Menjadi Mubalighah Kharismatik


Bunyai Nurur Rohmah dikenal sebagai Bu Nyai sekaligus mubalighah kharismatik di Kabupaten Bojonegoro dan sekitarnya.

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Munawwar Bojonegoro ini mengawali karir sebagai guru Raudhatul Athfal (RA).

“Saya datang ke Bojonegoro pertama kali sebagai guru RA,” sebutnya mengawali pembicaraan dengan Edukasia.id.

Selanjutnya, Wanita kelahiran Jombang ia bersama suami membesarkan pondok pesantren di daerah pinggiran Bojonegoro, dan menceburkan diri berjuang menjadi mubalighoh atau pendakwah.

Dua alasan memilih jadi mubalighah
Istri KH. Bardan Abdun Nasir ini mengaku memilih jalan pendidikan dan dakwah karena dua alasan.

pertama karena dengan menjadi menjadi guru, pengasuh atau mubaligah merupakan kebutuhan yang sangat mulia, sebagai Khairu ummah.

“Letaknya ada di Khairu ummah, karena dengan menjadi guru, pengasuh pesantren atau menjadi mubalighah maka kita akan selalu berhati-hati baik dalam ucapan dan berperilaku,” ujarnya.

Ucapan dan perilaku tersebut akan berimbas pada orang yang dididik dan didakwahi, mereka akan melihat apa yang diucapkan dan apa yang dilakukan, sehingga dengan demikian orang orang akan mempercayai apa yang saya sampaikan.

Alasan yang kedua , dirinya ingin turut andil dalam memperbaiki peradaban, mengingat saat itu banyak item-item peradaban-peradaban yang harus diperbaiki menjadi lebih baik lagi.



Menjadi Mubalighah, Impian Sejak Kecil
Pilihan sebagai mubalighah tidak meleset dari cita-cita saat kecil.

ia ingat saat SD ada kebiasaan bertukar buku memori yang masing-masing anak diberikan kesempatan untuk menulis biodata masing-masing, termasuk didalamnya cita-cita.

“Dari beberapa memori teman teman saya yang saya tulis, disitu selalu saya tulis cita-cita sebagai mubalighah, padahal namanya anak kecil saat itu pun saya tidak pernah berfikir seperti apa mubalighah itu, bagaimana proses menjadi mubalighah dan seterusnya mengingat masih kecil,” lanjut pengurus Ikatan Persaudaraan haji Indonesia (IPHI) ini.


Merasa berhutang jasa
Apa yang ia capai saat ini dianggapnya sebagai hasil dukungan banyak pihak.

“Yang berjasa adalah keluarga, terutama ayah saya, saya berhutang budi pada ayah ibu dan saudara-saudara saya” ujarnya.

Keluarga menurutnya adalah pensupport utama lahir batin, mulai konsep pendidikan hingga material pembiayaan pendidikan.

Bunyai yang menamatkan pendidikan di lembaga formal SD Japanan 2 Mojowarno Jombang, Mts Darul Faizin Mojowarno Jombang dan MA Paculgowang Diwek Jombang ini juga menyebut, beberapa pihak lain yang paling berjasa dalam ia berproses adalah para guru-gurunya, baik di lembaga formal maupun pesantren.

“Banyak pihak selain keluarga yang berjasa atas capaian ini, dintaranya pengasuh ponpes Nurul Qur’an Wringinpitu Jombang KH. Agus Manshur dan Kepala Mts Darul Faizin Jombang KH Khotibul Umam Syam,” tutur sarjana pendidikan Islam ini.

Ia juga mengaku berhutang jasa pada pengasuh Ponpes AL Anwar Paculgowang Jombang, KH. Muhaimin Suhadi, pondok pesantren tempatnya belajar selama menjadi siswa madrasah aliyah.

Di pesantren inilah dia mulai berproses menjadi guru dan mubalighah, karena sejak mendaftar pondok ia dites membaca Al Qur’an, mungkin karena dipandang cakap maka seketika itu pula ia diperintahkan untuk mendampingi sang kyai mengajar mengaji Al Qur’an pada santri-santri yang lain.

Di pesantren inilah kedekatan spritual dengan keluarga kyai is didapatkan, karena selain dipercaya mengajar Al Quran ia juga dipercaya mendampingi ibu sang kyai tersebut dalam segala aktifitasnya sehari-hari termasuk mendampingi tidur, hingga akhir hayat beliau.

Ada juga sosok lain yang memiliki jasa baginya, yaitu almarhum KH. Umar Basyir, seorang sesepuh MWC NU setempat dan ketua yayasan pendidikan Nurul Islam 2 Balen Bojonegoro, tempat awal mula ia mengajar.

"Beliaulah yang membawa saya hijrah dari Jombang ke Bojonegoro, saya banyak belajar dari seorang guru seperti beliau tentang bagaimana cara bermasyarakat," kenangnya.

Ia juga mengaku berhutang budi atas jasa suami tercinta, yang senantiasa mensupport segala ide dan aktivitasnya, “Suami saya setia memberikan dukungan hingga kita bisa seperti sekarang ini,” pungkasnya.

buttons=(Accept !) days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top