100 Remah Hikmah (11): Komunikasi dua arah


Ilustrasi: Foto pixabay

Penulis: Salahuddin Ibnu Sjahad*

EDUKASIA.ID - Komunikasi efektif. 

Saya baru teringat bahwa hal ini penting saat kemarin saya meminta data dari gadget teman dengan perantara Share It

Sebuah aplikasi berbasis android dan wifi untuk berbagi file multi gadget dengan proses yang lebih cepat dan lebih simple dari bluetooth

Nah, kecepatan itu ternyata tak ada gunanya karena gadget saya punya masalah serius ketika menggunakan aplikasi tersebut: hanya bisa mengirim tanpa bisa menerima file. 

Selama ini saya punya pikiran yang mungkin disetujui banyak orang: Sebisa mungkin kita memberi, tak usahlah kita menerima. Karena "tangan di atas" lebih mulya daripada "tangan di bawah". Kita tidak boleh bermental selalu minta-minta. 

Dan saya sadar, konsep itu akan terlihat sangat buruk di mata ahli komunikasi. Seingat saya, komunikasi akan berjalan efektif dan harmonis "jika dan hanya jika" dilakukan dua arah. Berapapun orangnya, masing-masing harus bergantian menjadi komunikan. 

Dengan begitu, kesalahan dalam pemahaman pemikiran kedua pihak yang diverbalkan lewat bahasa akan bisa diminimalisir. 

Sebagaimana kita tahu bahwa makin sering dua orang berinteraksi dan saling memahami, maka komunikasi lisan sudah tak begitu dibutuhkan, sebab sudah ada jalinan jiwa yang kuat. Dua anak kembar sekandung akan merasa sama-sama sakit atau sehat karena kuatnya chemistry yang terjalin. 

Begitu pula seorang suami yang tertimpa musibah di tempat yang jauh, sang istri akan merasakan ketidaknyamanan. Terlebih lagi, ibu manapun akan punya daya "feeling" yang kuat terhadap kondisi anak-anak kandungnya. 

Kalau kita selalu berdoa, meminta berbagai kebutuhan dan mengadukan segala kesusahan kepada Allah, tanpa pernah mengevaluasi seberapa jauh kuantitas & kualitas ibadah kita, bukankah itu termasuk komunikasi satu arah? 

Allah sudah "membelajari" kita tentang keseimbangan komunikasi dengan konsep yang kita baca berulang2 setiap hari: Iyyaaka na'budu wa iyyaaka nasta'in

Tinggal kita mau "mempelajari" atau tidak.. 

Kita beribadah & berdoa. Mengabdi sebagai kewajiban, meminta sebagai hak kita. Allah pasti Maha Kaya. Maha Kuasa. 

Mari kita perkuat sinyal komunikasi kita dengan Allah. 

Melebihi daya sinyal 3G atau 4G..



**** * ****

*Salahuddin Ibnu Sjahad atau Mohammad Salahuddin Al-Ayyubi, seorang guru mata pelajaran Ilmu Tafsir di MAN Sumenep, peraih beasiswa studi S2 melalui Beasiswa Indonesia Bangkit di UIN Sunan Kalijaga. Tulisan ini merupakan kompilasi statusnya di Facebook yang kemudian dijadikannya buku berformat PDF, diberinya judul "100 Remah Hikmah: Secuil Cerita dan Sudut Pandang Baru dalam Menikmati Rutinitas Kehidupan."

buttons=(Accept !) days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top