100 Remah Hikmah (20): Menjaga Mahallul Qiyam

Ilustrasi: Foto pixabay

Penulis: Salahuddin Ibnu Sjahad*

EDUKASIA.ID - Kalau anda perempuan, sebaiknya tidak baca status saya ini. Kecuali anda memaksa, tak masalah. Karena yang saya bahas agak vulgar: mahallul qiyam

Saya sebenarnya tak begitu suka dengan istilah ini jika saja teman-teman santri tak begitu sering membahas hal-hal tabu dengan bahasa yang "kenes". 

Saya akui, godaan terberat bagi para pemuda perjaka baik-baik, apalagi yang "distempel baik" seperti anak santri, adalah menjaga "adiknya" dari berbagai kerawanan dan keperawanan. 

Rawan untuk disalahgunakan. 

Rawan jika terus menerus dibiarkan. 

Rawan kalau ada anak perawan yang penasaran.. 

Makanya, sebaiknya para orang tua tak usah begitu mempermasalahkan putranya yang tambah kurus di pondok karena kebanyakan puasa. 

Kecuali mereka, para bapak ibu wali santri, sudah punya kemampuan dan kemauan yang cukup untuk menikahkan segera anaknya tersebut. 

Inti sabda nabi kan cukup sederhana: “Berpuasalah kalau kau belum mampu untuk nikah.” 

Disamping juga mencari kesibukan atau pekerjaan guna persiapan pernikahannya. 

Sebab, jalan paling yang paling efektif meredam syahwat, nafsu syaithaniyyah & bahimiyyah ya dengan puasa. 

Agar "mahallul qiyam" nya tidak "qiyam" sembarangan karena faktor luar. Kecuali kalau "qiyam" nya "binafsihi", karena itu juga perlu sbg ciri-ciri lelaki sehat. 

Beginilah anak pondok kalau bahas problem keseharian dengan bahasa dan gaya kitab salaf: dijero-jero ke.. 

Nah..buat anda kaum hawa yang masih ngotot baca status ini, saya mohon sederhana: bantu kami! 

Dengan cara-cara yang telah diajarkan Rasul, Lelaki paling sejati di dunia ini: 

1) Berjilbablah.. Berhijablah dengan tidak setengah-setengah. 

Masuk kategori setengah hati: berkerudung tapi lehernya kelihatan, kerudungnya tipis, jilbab bagus tp berkaos spandex atau bercelana jins ketat. 

2) Parfum yang biasa saja. 

Parfum yang tujuannya menutupi bau badan bukan malah "menarik badan".. yang tahu akibatnya anda sendiri kelak.. 

3) Berkomentar, update status, atau ber-sms terhadap teman laki-laki sewajarnya. 

Terakhir, yang saya tahu, Lelaki manapun, kapanpun, dan di manapun, betapapun alimnya, berapapun usianya, tetaplah lelaki yang juga punya naluri. 

Walladziina hum lifuruujihim haafidhuun.. 

NB: silahkan komentari sepedas apapun. Saya penyuka sambal kok..



**** * ****

*Salahuddin Ibnu Sjahad atau Mohammad Salahuddin Al-Ayyubi, seorang guru mata pelajaran Ilmu Tafsir di MAN Sumenep, peraih beasiswa studi S2 melalui Beasiswa Indonesia Bangkit di UIN Sunan Kalijaga. Tulisan ini merupakan kompilasi statusnya di Facebook yang kemudian dijadikannya buku berformat PDF, diberinya judul "100 Remah Hikmah: Secuil Cerita dan Sudut Pandang Baru dalam Menikmati Rutinitas Kehidupan."

buttons=(Accept !) days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top