Catatan Harian Guru Pemula (7) : Bagaimana, Bukan di Mana

Arie Irfan
0
Ilustrasi. Foto Unsplash.

Penulis : Mohammad Salahuddin Al-Ayyuubi, M.Ag*

EDUKASIA.ID - Memang ada kaidah bahwa hasil terbaik dalam pembelajaran didapat dari komposisi yang ideal antara: kesungguhan siswa, perhatian guru, kepedulian orang tua, cara belajar yang tepat dan lingkungan belajar yang kondusif.

Tapi ketika yang ideal itu tak terjangkau, lantas apakah harus memaksakan diri untuk ideal? Tentu tidak.

Banyak orang tua sekarang yang lebih fokus mencari sekolah favorit atau unggulan untuk anaknya, tapi lupa menyiapkan dan mempertimbangkan hal yang lebih esensial: Apakah anaknya perlu itu? Apakah ia bisa bersaing di situ? Apakah benar sekolah itu unggulan? Kalau unggulan, penilaian itu dari mana?

Sebenarnya, sekolah unggulan adalah sekolah yang semua lulusannya unggul, meski awal masuknya dulu amburadul. Sekolah yang tinggi nilai outcome-nya, bukan yang tinggi nilai income-nya.

Yang baik buat orang lain belum tentu baik buat diri sendiri.

Gambaran sederhananya begini. Si Abdul nilainya pas-pasan. Jika dimasukkan ke sekolah favorit grade A, saingannya hebat semua. Maka, ia hanya akan ada di peringkat buncit, tak akan dilirik guru, dan sulit dijadikan delegasi sekolah di lomba manapun.

Jika Si Abdul dimasukkan ke sekolah favorit grade C, saingan hebatnya cuma hitungan jari. Kalau beruntung, ia akan selalu juara kelas, bahkan akan sering ditunjuk mewakili sekolah di event penting skala nasional hingga internasional.

Tentu hal ini akan menumbuhkan rasa percaya dirinya. Efeknya, ia bisa lanjut ke perguruan tinggi dengan modal besar: nilai akademik dan nonakademik yang seimbang, masih ditambah dukungan penuh dari semua guru. All of them.

Sudah mulai tergambar maksud saya?

Sama halnya dalam urusan kuliah. Sekali lagi, Harvard memang bagus. Tapi jika kamu tak punya banyak waktu untuk memantaskan diri sebagai penghuninya, jangan memaksa diri. Ubahlah segera haluan.
It's not about WHERE, but HOW do you learn.

Percuma bersekolah atau kuliah di tempat terbaik, tetapi di sana kamu tak mau dan tak mampu belajar, atau tak tahu bagaimana caranya belajar. Sebaliknya, di tempat paling rendah dan paling tak diinginkan pun, emas tetap akan dianggap emas, dicari dan diperebutkan semua orang.

* Pemilik akun FB Salahuddin Ibnu Sjahad dan IG @ibnusjahad adalah seorang guru pengampu mata pelajaran Al-Qur'an Hadis dan Tafsir di MAN Sumenep, alumni Beasiswa Indonesia Bangkit Program Gelar S2 di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Posting Komentar

0 Komentar

Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.

Posting Komentar (0)

#buttons=(Ok, Go it!) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Ok, Go it!
To Top