Batik Teh Poci (Foto: Kemendikdasmen)
Edukasia.id - Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Slawi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, terus berinovasi dalam memberikan pendidikan vokasional bagi para peserta didik berkebutuhan khusus.
Salah satu program unggulannya adalah keterampilan membatik yang tidak hanya menjadi terapi motorik, tetapi juga menjadi bekal kemandirian bagi siswa setelah lulus sekolah.
Kepala SLBN Slawi, Ninik Basri Martini, menjelaskan bahwa keterampilan membatik terbukti efektif dalam melatih motorik halus dan kasar, terutama bagi anak tunarungu dan tunagrahita yang menjadi mayoritas peserta didik di sekolah tersebut. Lebih dari itu, keterampilan ini diharapkan dapat menjadi bekal untuk membuka peluang usaha mandiri di masa depan.
"Anak-anak kami diajarkan membatik agar kelak mereka bisa mandiri. Dengan keterampilan ini, mereka bisa membuka lapangan pekerjaan sendiri setelah lulus dari sekolah," ujar Ninik.
SLBN Slawi saat ini telah memiliki produk batik unggulan bernama Batik Teh Poci. Sesuai namanya, motif batik ini terinspirasi dari budaya minum teh poci yang sangat lekat dengan masyarakat Tegal, khususnya Slawi.
Mengusung desain sederhana dengan warna-warna indah, Batik Teh Poci menjadi cerminan khas lokal yang diciptakan langsung oleh siswa-siswa SLBN Slawi.
“Motif batik ini memang terinspirasi dari tradisi masyarakat di Tegal dan Slawi yang terkenal dengan teh pocinya,” jelas Ninik.
Selain batik tulis, para siswa juga membuat batik ciprat, jenis batik yang motifnya dibentuk melalui cipratan tangan.
Meski tekniknya lebih sederhana, batik ciprat tetap memiliki nilai estetika dan keunikan tersendiri. Semua proses produksi batik dilakukan oleh siswa dengan pendampingan guru yang sebelumnya telah mendapatkan pelatihan dari mitra kerja sama, seperti Galeri Petik.
Salah satu guru pembimbing membatik di SLBN Slawi, Agus Priyanto, menjelaskan bahwa ide pembuatan Batik Teh Poci mulai digagas sejak sekitar satu tahun lalu. Program membatik ini terutama diikuti oleh siswa tingkat SMP dan SMA dari bagian B dan sebagian dari bagian C.
"Awalnya kami bekerja sama dengan Galeri Petik untuk memberikan pelatihan kepada guru dan siswa. Dari sana, kami kembangkan menjadi program vokasional di sekolah," tutur Agus.
Meski sudah menghasilkan produk batik, proses produksinya masih terbatas. Satu lembar kain batik bisa membutuhkan waktu hingga dua bulan untuk diselesaikan, mengingat kondisi dan kebutuhan khusus para peserta didik.
“Banyak mitra yang tertarik untuk memasarkan batik karya siswa kami, tapi saat ini kami masih fokus pada produksi terbatas untuk kebutuhan internal, seperti suvenir atau kenang-kenangan saat ada kunjungan ke sekolah,” ujar Agus.
Tambahan informasi, SLBN Slawi merupakan satu-satunya sekolah luar biasa negeri di Kabupaten Tegal. Selain program membatik, sekolah ini juga mengembangkan sejumlah program vokasional lainnya, seperti kriya kayu, tata boga, dan menjahit.
Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.