Rahma, Mahasiswi UGM yang Dapat Beasiswa Freeport Tanpa Daftar

Ma'rifah Nugraha
0
Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Gadjah Mada (UGM). Foto UGM.ac.id.


EDUKASIA.ID - Nasib baik bisa datang dari arah yang tak terduga. Itulah yang dirasakan Rahma Khoirunnisa, mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Gadjah Mada (UGM), saat dirinya tiba-tiba dihubungi pihak kampus karena mendapat beasiswa dari PT Freeport Indonesiapadahal ia tidak pernah mendaftar.

Rahma merupakan salah satu dari sepuluh mahasiswa terpilih penerima beasiswa Freeport tahun 2022. Beasiswa ini menjadi titik balik dalam perjalanannya sebagai anak bungsu dari keluarga sederhana di Jayapura, Papua.

“Tiba-tiba saya dihubungi Ditmawa pagi-pagi. Katanya, ‘Selamat ya Mbak, Anda dapat beasiswa Freeport’," ujarnya saat ditemui, Kamis, 3 Juli 2025.

“Saya sempat shock dan nggak percaya karena saya nggak merasa daftar. Tapi setelah dijelaskan dan bahkan diundang ke seremoni penyerahan beasiswa, baru saya benar-benar yakin,” paparnya.

Beasiswa ini menanggung biaya Uang Kuliah Tunggal (UKT) selama maksimal delapan semester. Meskipun tidak mencakup biaya hidup, bantuan tersebut sangat berarti bagi Rahma dan keluarganya.

“Saya bisa kuliah lebih tenang tanpa rasa bersalah karena harus minta uang kuliah lagi ke orang tua,” tuturnya.

Rahma lahir dan besar di Jayapura. Ayahnya bekerja di proyek-proyek konstruksi yang sifatnya tidak tetap, sementara sang ibu menjadi guru taman kanak-kanak dengan gaji sekitar Rp2 juta per bulan.

Pandemi COVID-19 membuat kondisi keuangan keluarga kian sulit. Proyek tempat sang ayah bekerja banyak yang terhenti, bahkan sempat tidak ada pemasukan sama sekali.

“Semua pembiayaan ditanggung ibu saya, padahal beliau guru TK dengan penghasilan dua jutaan per bulan,” ungkap Rahma.

Awanya, seluruh biaya kuliah ditanggung keluarga. Tapi di semester tiga, keberuntungan datang lewat telepon dari Direktorat Kemahasiswaan (Ditmawa) UGM.

Uniknya, beasiswa Freeport ini tidak melalui proses pendaftaran terbuka seperti beasiswa pada umumnya.

“Kami nggak daftar sendiri. Ditmawa yang menyeleksi dari data, dan mahasiswa yang memenuhi kriteria langsung dihubungi. Katanya, salah satu pertimbangannya karena saya lahir dan besar di Papua, belum pernah dapat beasiswa lain, dan IPK saya juga mendukung,” jelasnya.

Keringanan biaya kuliah membuat Rahma lebih leluasa mengeksplorasi kegiatan non-akademik tanpa harus terbebani biaya tambahan.

“Kalau dulu mau ikut kegiatan tuh suka mikir, masa iya harus minta uang lagi ke orang tua buat ini itu. Sekarang, energi itu bisa saya pakai untuk eksplorasi lebih banyak hal,” tambahnya.

Meski beasiswa ini tidak memiliki kontrak kerja atau pembinaan lanjutan, Rahma tetap mengapresiasinya. Ia berharap program ini bisa terus dikembangkan.

“Saya sangat berterima kasih ke Freeport. Tapi mungkin ke depannya bisa lebih dikembangkan, misalnya dengan pelatihan, pembinaan, atau proyeksi karier untuk penerima beasiswa,” ucapnya.

Rahma juga menitipkan pesan kepada mahasiswa lain yang sedang berjuang mencari beasiswa.

“Jangan pernah putus asa kalau punya beban finansial. Percaya deh, Tuhan tuh pasti kasih jalan dari arah yang nggak kita sangka. Apply terus aja. Kita nggak pernah tahu yang mana yang bakal menerima kita,” pungkasnya.

Posting Komentar

0 Komentar

Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.

Posting Komentar (0)

#buttons=(Ok, Go it!) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Ok, Go it!
To Top