Ilustrasi. Foto Freepik.
EDUKASIA.ID - Bulan September menjadi momen penting bagi dunia literasi dan perpustakaan. Hal itu disampaikan Pustakawan Ahli Utama Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas), Nelwaty Sikumbang, dalam Apel Pagi Perpusnas yang digelar secara daring, Senin, 1 September 2025.
Ia menegaskan ada tiga momen literasi yang patut menjadi perhatian bersama, yakni kondisi literasi anak bangsa yang masih perlu ditingkatkan, peringatan Hari Literasi Internasional pada 8 September, serta Hari Kunjung Perpustakaan yang jatuh setiap 14 September.
Untuk Hari Kunjung Perpustakaan, Nelwaty menyebut sudah diulas lebih dulu oleh Plt. Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi, Ofy Sofiana, dalam apel pagi pada 25 Agustus lalu.
"Pada kesempatan ini, saya ingin menekankan tentang Hari Literasi Internasional," ujarnya, dikutip dari laman Perpusnas.
Diketahui, Hari Literasi Internasional (International Literacy Day/ILD) diperingati setiap tahun. Tujuannya ialah untuk mengingatkan pembuat kebijakan, praktisi, dan masyarakat akan pentingnya literasi dalam membangun masyarakat yang lebih terpelajar, adil, damai, sejahtera, dan berkelanjutan.
Menurut Nelwaty, literasi merupakan landasan bagi setiap individu untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai, sikap, dan perilaku. Semua itu dapat menumbuhkan budaya perdamaian, kesetaraan, supremasi hukum, solidaritas, keadilan, keberagaman, dan toleransi.
Adapun tahun ini, ILD mengangkat tema “Mempromosikan Literasi di Era Digital” yang dipusatkan di markas besar UNESCO, Paris, Prancis.
"Tema tersebut mengajak masyarakat untuk memandang literasi tidak hanya sebatas kemampuan membaca dan menulis, melainkan juga kemampuan memahami, mengolah, dan memanfaatkan informasi untuk kehidupan yang lebih baik dan bermakna," katanya.
Ia menambahkan, di sinilah peran Perpusnas menjadi penting.
"Kita bukan hanya sekadar penjaga koleksi, namun kita adalah penjaga peradaban. Kalau buku itu pelita, maka kita adalah penjaga apinya," tegasnya.
Nelwaty juga menekankan bahwa literasi bukan hanya untuk masyarakat, melainkan juga pegawai Perpusnas. Aparatur yang literat diyakini lebih kreatif, inovatif, dan adaptif terhadap tantangan zaman.
Menjelang peringatan ILD, ia mengajak seluruh jajaran Perpusnas memperkuat komitmen dengan empat langkah utama.
Pertama, memberikan layanan terbaik dengan ikhlas dan ramah, meskipun layanan Perpusnas untuk sementara ditutup akibat situasi Jakarta yang belum kondusif.
Kedua, mengajak masyarakat mencintai buku dan meningkatkan minat baca. Ketiga, menjadi teladan dalam budaya baca dan belajar. Keempat, mendorong transformasi perpustakaan secara inklusif demi kecerdasan dan kesejahteraan bangsa.
"Setiap tindakan kecil kita adalah bagian dari perubahan besar. Bisa jadi, seseorang yang memanfaatkan koleksi kita hari ini akan menjadi ilmuwan besar atau tokoh yang membawa manfaat bagi bangsa," ungkapnya.
Ia menutup dengan penegasan bahwa perpustakaan harus hadir sebagai pusat pembelajaran, inspirasi, dan pemberdayaan masyarakat.
“Mari kita jadikan perpustakaan sebagai motor penggerak literasi yang mampu mencerdaskan dan menyejahterakan bangsa,” pungkasnya.
Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.