EDUKASIA.ID - Setiap kali Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama (LP Ma'arif NU) berulang tahun, saya selalu membayangkan papan tulis berdebu kapur dan dihapus pelan-pelan.
Angka usianya kini sudah 96, nyaris seabad lho! Usia yang bagi manusia mungkin sudah sepuh, tapi bagi lembaga pendidikan justru bisa jadi makin matang.
Saya menulis ini bukan hanya sebagai jurnalis, tapi juga alumnus Ma’arif. Bagi saya, setiap bicara tentang Ma’arif selalu terasa seperti pulang ke rumah lama yang sederhana tapi penuh makna.
Ma’arif ini unik. Dari dulu dikenal sederhana, apa adanya, tapi selalu ada. Dari pelosok desa sampai tengah kota, dari madrasah dengan atap seng bocor sampai sekolah yang sudah ber-AC, semua ada di bawah payung yang sama.
Nah, yang menarik, Ma’arif kini mulai akrab dengan sesuatu yang dulu mungkin dianggap jauh: media.
Kalau dulu prestasi siswa atau cerita guru hanya jadi obrolan di warung kopi, sekarang bisa nongol di portal berita, dibaca ribuan orang.
Kalau dulu hanya ada arsip di map cokelat, sekarang ada jejak digital yang bisa dibuka kapan saja.
Tema harlah tahun ini, “Bermutu dalam Ilmu, Bermartabat dalam Sikap,” terasa nyambung dengan perubahan itu.
Mutu ilmu tidak lagi sekadar soal bagaimana guru mengajar di kelas, tapi juga bagaimana kisah dan inspirasi bisa menjangkau lebih luas lewat teknologi dan media.
Sedangkan martabat sikap, ia tetap jadi pegangan, agar setiap kabar yang dibagikan bukan sekadar ramai di layar, tapi tetap terjaga nilainya.
Dan ya, EDUKASIA.ID merasa cukup beruntung bisa ikut menemani langkah itu. PW LP Ma’arif NU Jawa Tengah, misalnya, sudah mulai menjalin kerja sama dengan kami.
Tidak heboh-heboh amat, memang. Tapi dari situ kita bisa belajar, bahwa Ma’arif ternyata sadar: cerita kebaikan perlu dicatat, prestasi perlu dibagikan, kegiatan perlu terdokumentasi.
Karena apa gunanya kerja keras kalau tidak ada yang tahu?Tentu saja, media bukan tujuan akhir.
Tapi mari jujur, di era sekarang, yang tidak hadir di media sering dianggap “tidak ada”.
Nah, Ma’arif pelan-pelan membuktikan bahwa ia bukan hanya ada di kelas, tapi juga bisa eksis di ruang publik. Bukan pamer, tapi berbagi.
Kadang saya berpikir, para pendiri Ma’arif dulu menyebarkan ilmu dengan cara yang mereka kuasai: menulis, mengajar, atau membimbing santri.
Di masa sekarang, cara itu bisa berkembang melalui media digital dan berbagai kanal informasi. Intinya tetap sama: menebarkan ilmu dan kebaikan harus memanfaatkan sarana yang ada, sesuai zamannya.
Selamat harlah ke-96 LP Ma’arif NU. Semoga makin kuat menjaga kelas, makin lihai bersahabat dengan media, dan tetap jadi rumah belajar yang sederhana tapi berwibawa.
Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.