Gedung DPR RI. Foto MPR.
EDUKASIA.ID - Pasca demo dan kerusuhan beberapa hari terakhir, media sosial dipenuhi beragam informasi. Radius Setiyawan, Pakar Kajian Budaya dan Media Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMSurabaya), menilai hal ini mencerminkan dinamika wacana yang kompleks di masyarakat digital.
Ia menuturkan Berbagai analisis bermunculan di media sosial, mulai dari yang rasional hingga spekulatif dan cenderung konspiratif.
"Masing-masing memiliki dasar, argumen, dan pendukungnya sendiri," ujar Radius, Selasa, 2 Agustus 2025, dikutip dari laman UM Surabaya.
Ia menekankan pentingnya kehati-hatian masyarakat saat menerima informasi, terutama di tengah derasnya arus konten di platform digital.
"Dalam kondisi riuh seperti ini, potensi hoaks dan disinformasi sangat besar, dan dapat memperkeruh situasi sosial-politik yang sudah rentan," ujarnya.
Radius juga menyoroti peran pemerintah. Transparansi informasi dan kecepatan respons disebutnya sangat krusial, namun tetap harus disertai pertimbangan matang terhadap kondisi psikologis masyarakat.
“Langkah yang tergesa tanpa mempertimbangkan kondisi psikologis masyarakat justru dapat memperburuk keadaan,” kata Radius.
Meski begitu, ia mengapresiasi perkembangan daya kritis publik digital. Menurutnya banyak publik digital yang mulai mampu membedakan antara demonstrasi damai dan tindakan anarkis yang berujung penjarahan. Tak sedikit masyarakat yang memperkuat analisisnya dengan data dan fakta relevan.
“Ini menunjukkan peningkatan literasi media. Masyarakat makin cakap memilah informasi yang valid dan yang menyesatkan,” tambahnya.
Radius mengingatkan, kerusuhan jarang terjadi spontan. Seringkali ada aktor tertentu yang sengaja mengarahkan massa ke tindakan destruktif.
"Mereka memahami cara memanipulasi emosi kerumunan, memicu amarah, hingga berujung pada aksi kekerasan seperti pembakaran dan penjarahan," ucapnya.
Menurut Radius, pendekatan multidisipliner dari sisi sosial, psikologi massa, dan kajian media sangat dibutuhkan untuk memahami akar persoalan lebih mendalam sekaligus mencegah insiden serupa terjadi kembali.
Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.