Spirit Maulid Nabi SAW : Pendidikan Cinta dan Meneladani Sang Idola

Ma'rifah Nugraha
0
Ilustrasi. Foto Freepik
.
Penulis: Dr. KH. Ismail SM, (Dosen UIN Walisongo dan Sekretaris Umum MUI Kota Semarang)

EDUKASIA.ID - Alhamdulillah wa syukru lillah. Setiap tahun, umat Islam di seluruh dunia menyambut datangnya bulan Rabiul Awal dengan suka cita. Di bulan inilah, tepatnya pada tangggal 12 Rabiul Awwal, cahaya agung dilahirkan ke dunia, yaitu Nabi Muhammad Rasulullah ﷺ.

Peringatan Maulid Nabi bukan sekadar perayaan, melainkan momen refleksi mendalam untuk merenungi makna kelahiran beliau sebagai rahmat, sumber kebahagiaan, dan teladan sempurna. Melalui spirit Maulid, kita diajak menelusuri pesan moral Al-Qur'an dan hadis, membina pendidikan cinta sejati, dan menjadikan beliau sang idola yang layak diteladani untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.

Berbagai bentuk kegiatan dilakukan kaum mukminin untuk menyambut dan merayakan maulid Nabi Muhammad ﷺ. seperti mengadakan pengajian umum, menyelenggarakan majelis pembacaan shalawat, bershodaqah makanan dan minuman, bermunajat dan berdoa dan lain sebagainya sebagai wujud Syukur kepada Allah SWT atas kehadiran Rasulullah ﷺ sebagai penuntun ummat manusia ke jalan keselamatan hidup di dunia dan akhirat.

Beberapa pesan moral dapat ditemukan dalam beberapa ayat dan hadis berikut.

Pertama, Merayakan Rahmat, Membina Kebahagiaan Sejati


Pesan pertama yang diisyaratkan oleh Maulid adalah ajakan untuk bersyukur dan bergembira. Allah SWT berfirman dalam QS. Yunus: 58:

قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ


"Katakanlah (Muhammad), 'Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.'"

Kehadiran Nabi Muhammad ﷺ adalah rahmat terbesar bagi umat manusia, sebagaimana ditegaskan dalam QS. Al-Anbiya: 107:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

"Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam."

Pesan Moral yang dapat kita serap adalah bahwa kebahagiaan hakiki bukan berasal dari harta atau jabatan, melainkan dari karunia Allah yang paling agung, yaitu diutusnya Nabi sebagai pembawa petunjuk.

Maulid mengajarkan kita untuk mengalihkan fokus dari kebahagiaan materi yang fana menjadi kebahagiaan spiritual yang abadi, yaitu dengan mensyukuri dan memuliakan Nabi Muhammad ﷺ. Dengan begitu, kita akan merasakan ketenangan hati yang tidak bisa dibeli oleh harta.

Kedua, Meneladani Sang Idola, Membangun Karakter Mulia


Di tengah derasnya arus budaya populer, kita membutuhkan sosok idola yang dapat membimbing kita menuju kebaikan. Allah telah memberikan jawaban tegas, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al-Ahzab: 21:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

"Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta banyak mengingat Allah."

Nabi Muhammad ﷺ adalah idola sejati yang paripurna. Bahkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, saat ditanya mengapa beliau berpuasa di hari Senin, Nabi menjawab, "Itu adalah hari di mana aku dilahirkan." Hadis ini menunjukkan bahwa beliau sendiri mengistimewakan hari kelahirannya sebagai momen ibadah dan rasa syukur.

وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الِاثْنَيْنِ فَقَالَ: ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ، وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ عَلَيَّ فِيهِ

Ketika Rasulullah ﷺ ditanya tentang puasa hari Senin, beliau menjawab, "Itu adalah hari di mana aku dilahirkan, dan hari di mana aku diutus (menjadi rasul) atau diturunkan wahyu kepadaku." (Hadis riwayat Muslim)

Para ulama menafsirkan hadis ini sebagai bukti bahwa Nabi Muhammad ﷺ mengakui dan menghormati hari kelahirannya. Dengan memilih hari Senin sebagai hari untuk berpuasa (salah satu bentuk ibadah), beliau menunjukkan bahwa hari itu memiliki keutamaan khusus. Peringatan Maulid, dalam konteks ini, dianggap sebagai ekspresi syukur atas kelahiran beliau, sama halnya dengan berpuasa.

Pesan moral yang dapat ditangkap adalah bahwa Spirit Maulid adalah pendidikan karakter berbasis cinta. Mengidolakan Nabi berarti mengikuti jejak langkahnya dalam setiap aspek kehidupan: kejujuran, kesabaran, kepedulian, dan keadilan. Dengan meneladani beliau, kita tidak hanya memperbaiki diri, tetapi juga memastikan jalan hidup yang lurus untuk meraih keselamatan dan kebahagiaan.

Ketiga, Membina Cinta dengan Shalawat, Kunci Syafaat di Akhirat


Dalam sebuah hadis, Nabi bersabda yang menekankan pentingnya mencintai Nabi Muhammad ﷺ sebagai bagian dari kesempurnaan iman.

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ

"Tidak sempurna iman salah seorang di antara kalian sehingga aku lebih dicintainya daripada anaknya, orang tuanya, dan seluruh manusia." (Hadis riwayat Bukhari dan Muslim)

Peringatan Maulid merupakan salah satu wujud untuk menunjukkan dan menumbuhkan kecintaan kepada Nabi. Dengan berkumpul, membaca sejarah hidupnya (sirah Nabawi), dan melantunkan shalawat, umat Islam diharapkan dapat memperkuat kecintaan mereka kepada beliau dan mengamalkan ajarannya. Peringatan Maulid menjadi media efektif untuk mengingatkan umat tentang keagungan dan kemuliaan Nabi Muhammad ﷺ.

Perintah untuk bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW disebutkan secara tegas dalam Al-Qur'an pada Surah Al-Ahzab ayat 56. Ayat ini adalah satu-satunya ayat yang secara langsung memerintahkan umat Islam untuk melakukan amalan ini.

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

"Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya."

Salah satu penafsiran yang paling terkenal datang dari Abdullah bin Abbas, seorang sahabat Nabi yang dijuluki sebagai “turjumanul Qur’an” (penerjemah Al-Qur'an). Beliau menjelaskan makna shalawat dari Allah dan malaikat dengan sangat jelas.

Ketika menafsirkan ayat ini, Ibnu Abbas menjelaskan makna "Allah bershalawat" (yushalluna). Menurut beliau, shalawat Allah kepada Nabi Muhammad ﷺ adalah memberikan rahmat, pujian, dan keberkahan. Adapun shalawat dari "para malaikat", Ibnu Abbas menafsirkan bahwa maknanya adalah memohonkan ampunan dan doa kebaikan untuk Nabi Muhammad ﷺ.

Dengan penafsiran ini, Ibnu Abbas menunjukkan bahwa perintah kepada umat beriman untuk bershalawat bukanlah sekadar amalan verbal, tetapi adalah partisipasi dalam sebuah tindakan agung yang sudah terlebih dahulu dilakukan oleh Allah dan para malaikat-Nya. Perintah ini adalah penghormatan tertinggi kepada Nabi, yang membawa kita lebih dekat kepada rahmat dan keberkahan ilahi.

Cinta kepada Rasulullah ﷺ harus diwujudkan dalam tindakan. Salah satu bentuk cinta yang paling nyata adalah dengan memperbanyak shalawat. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dengan jelas menyebutkan:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا

"Barang siapa bershalawat kepadaku satu kali, maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali."
Pentingnya shalawat juga ditegaskan oleh hadis lain yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَكْثَرُهُمْ عَلَيَّ صَلَاةً

"Sesungguhnya orang yang paling utama bersamaku pada Hari kiamat adalah orang yang paling banyak bershalawat kepadaku."

Pesan moral yang dapat diambil dalam peringatan maulid adalah pengingat bagi kita semua kaum mukminin untuk memperbanyak membaca shalawat Nabi. Hadis-hadis ini menjelaskan bahwa bershalawat bukan sekadar amalan ringan, tetapi merupakan kunci untuk mendapatkan syafaat dan kedekatan dengan Rasulullah ﷺ di Hari Kiamat, hari di mana kita paling membutuhkan pertolongan.

Atas izin Allah SWT, hanya beliaulah satu-satunya Nabi yang diberikan kewenangan dan kemampuan untuk memberikan syafaat (pertolongan) kepada ummatnya. Dengan bershalawat, kita menabur benih cinta yang akan kita panen sebagai buah keselamatan di dunia dan kebahagiaan abadi di akhirat kelak.

Kalam akhir


Maulid Nabi Muhammad ﷺ adalah sebuah perayaan yang mengajarkan umat Islam untuk bersyukur atas kehadiran Nabi sebagai rahmat dan sumber kebahagiaan sejati, bukan hanya dengan perayaan, tetapi juga dengan menjadikan beliau sebagai idola dan teladan sempurna. Inti dari peringatan ini adalah pendidikan karakter berbasis cinta, di mana meneladani akhlak beliau dan memperbanyak shalawat menjadi cara untuk meraih kebahagiaan di dunia dan jaminan syafaat di akhirat, menjadikannya sebuah investasi spiritual yang paling berharga bagi setiap Mukmin. Wallahu a’lam bis-shawab.

Posting Komentar

0 Komentar

Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.

Posting Komentar (0)

#buttons=(Ok, Go it!) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Ok, Go it!
To Top