Wamenag: Tradisi Gotong Royong di Pesantren Harus Sejalan dengan Keamanan

Ma'rifah Nugraha
0
Wakil Menteri Agama Romo Muhammad Syafii. Foto Kemenag.

EDUKASIA.ID - Peristiwa ambruknya bangunan musala di Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo, pada Senin, 29 September 2025 menimbulkan duka sekaligus membuka sorotan terhadap praktik pembangunan di lingkungan pesantren. Tragedi itu disebut berkaitan dengan kebiasaan melibatkan santri dalam proses pembangunan, termasuk mereka yang tengah menjalani hukuman.

Menanggapi hal tersebut, Wakil Menteri Agama Romo Muhammad Syafii menegaskan bahwa semangat gotong royong di pesantren merupakan tradisi yang baik, namun tetap harus disertai pengawasan dan penerapan standar keamanan yang memadai.

“Budaya gotong royong di pondok pesantren harus berjalan beriringan dengan penerapan standar keamanan dan tata kelola yang baik,” ujar Romo, Rabu (8/10/2025).

Ia menilai, kebersamaan yang tumbuh di lingkungan pesantren adalah kekuatan sosial yang patut dijaga. Namun, semangat itu tidak boleh mengesampingkan keselamatan para santri yang tinggal dan belajar di pondok.

Menurutnya, kebiasaan berbagi dan saling membantu di pesantren sudah menjadi bagian dari kehidupan santri. “Kebiasaan bersedekah dan bergotong royong itu baik dan harus dipertahankan,” katanya.

Meski begitu, Romo menekankan pentingnya memastikan proses pembangunan dilakukan dengan benar. “Tapi bagaimana membangunnya, bagaimana konstruksinya, itu yang perlu diawasi agar aman digunakan bagi santri menuntut ilmu di pondok itu,” ujarnya.

Ia menjelaskan, tradisi gotong royong di pesantren sejatinya bukan hanya tentang pembangunan fisik, melainkan juga mencerminkan nilai-nilai karakter yang diajarkan kepada para santri.

“Tradisi gotong royong di pesantren bukan sekadar kerja sama dalam pembangunan fisik, melainkan juga cerminan nilai-nilai keikhlasan, kemandirian, dan tanggung jawab yang menjadi bagian dari pendidikan karakter santri,” tutur Romo.

Lebih lanjut, ia menyebut praktik gotong royong bukan hanya terjadi di pesantren, tetapi juga dalam berbagai kegiatan masyarakat lainnya, termasuk pembangunan fasilitas publik.

“Bukan hanya pondok pesantren ya, banyak bangunan untuk kebutuhan publik memang tidak menutup peluang mendapat bantuan dari masyarakat. Artinya, kebiasaan bersama-sama membangun pondok itu adalah kebiasaan yang baik,” jelasnya.

Namun, Romo mengingatkan, meningkatnya jumlah pesantren di Indonesia harus diimbangi dengan pengawasan terhadap tata kelola dan kualitas bangunan. Pemerintah, kata dia, perlu hadir untuk memastikan keamanan dan kelayakan konstruksi setiap pondok pesantren.

“Negara, perlu hadir untuk memastikan seluruh kegiatan pembangunan pesantren memenuhi standar keselamatan yang layak. Karena di dalamnya akan berhimpun banyak anak bangsa yang menuntut ilmu, maka konstruksi pondok harus melalui perizinan yang memastikan bangunan itu aman bagi santri,” tegasnya.

Romo menambahkan, kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah menjadi kunci menjaga keberlanjutan pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam yang tumbuh dari akar budaya lokal.

“Gotong royong adalah kekayaan budaya pesantren yang harus tetap hidup, karena dari sanalah lahir solidaritas, kemandirian, dan rasa tanggung jawab bersama,” pungkasnya.

Posting Komentar

0 Komentar

Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.

Posting Komentar (0)

#buttons=(Ok, Go it!) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Ok, Go it!
To Top