Dua Guru Luwu Utara Akhirnya Direhabilitasi Presiden Prabowo

Ma'rifah Nugraha
0

 

Abdul Muis dan Rasnal Menangis Haru Usai Terima Rehabilitasi dari Prabowo. Foto Setneg.

Jakarta. EDUKASIA.ID - Dua guru dari Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, akhirnya bisa menghela napas lega. 

Setelah bertahun-tahun menanti kejelasan, Abdul Muis dan Rasnal menerima langsung surat rehabilitasi yang diberikan Presiden RI Prabowo Subianto di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis, 12 November 2025.

Bagi keduanya, keputusan tersebut bukan hanya pemulihan nama baik, tetapi penutup dari perjuangan panjang mencari keadilan. Raut haru tak bisa mereka sembunyikan saat menerima dokumen itu dari Presiden.

“Saya pribadi dan keluarga besar saya sampaikan setulus-tulusnya terima kasih kepada Bapak Presiden yang telah memberikan rasa keadilan kepada kami yang di mana selama lima tahun ini kami merasakan diskriminasi, baik dari aparat penegak hukum maupun dari birokrasi atasan kami yang seakan-akan tidak pernah peduli dengan kasus kami yang kami hadapi,” kata Abdul Muis, Guru Sosiologi SMA Negeri 1 Luwu Utara.

Rasnal, mantan Kepala SMA Negeri 1 Luwu Utara yang kini mengajar di SMA Negeri 3 Luwu Utara, ikut menuturkan betapa berat perjalanan mereka. Ia menyebut proses mencari keadilan yang mereka jalani benar-benar menguras tenaga dan waktu.

“Ini adalah sebuah perjalanan yang sangat melelahkan. Kami telah berjuang dari bawah, dari dasar sampai ke provinsi. Sayangnya kami tidak bisa mendapatkan keadilan,” ujarnya.

Pertemuan langsung dengan Presiden Prabowo disebut menjadi titik balik yang menghapus beban panjang. Dengan mata berkaca-kaca, Rasnal menyampaikan rasa syukur atas keputusan rehabilitasi yang diterima.

“Setelah kami bertemu dengan Bapak Presiden, alhamdulillah Bapak Presiden telah memberikan kami rehabilitasi. Saya tidak bisa mengatakan sesuatu kepada Bapak Presiden, terima kasih Bapak Presiden,” ucapnya.

“Saya bersyukur kepada Allah Swt. dengan jalan ini kami telah memperoleh keadilan sekarang dan direhabilitasi kami punya nama baik,” lanjutnya.

Ia berharap pengalaman pahit tersebut tidak dialami lagi oleh guru-guru lain di Indonesia. Menurutnya, banyak pendidik bekerja di tengah tekanan dan kekhawatiran bahwa kesalahan kecil dapat berujung konsekuensi hukum yang tak proporsional.

“Semoga ke depan tidak ada lagi kriminalisasi terhadap guru-guru yang sedang berjuang di lapangan. Sekarang ini teman-teman guru selalu dihantui bahwa kalau sedikit berbuat salah, selalu ada hukuman-hukuman yang tidak pantas,” tuturnya.

Posting Komentar

0 Komentar

Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.

Posting Komentar (0)

#buttons=(Ok, Go it!) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Ok, Go it!
To Top