Kyai Zubair Umar Al-Jailani, Ahli Falak Internasional dari Bojonegoro

Potret Kyai Zubair. Foto: ist

EDUKASIA.ID - Kyai Zubair Umar Al-Jailani, atau yang akrab disapa dengan Mbah Zubair adalah ulama ahli falak yang namanya masyhur di Makkah dan Kairo. 

Mbah Zubair, lahir di desa Padangan, kecamatan Padangan, Bojonegoro, Jawa Timur, pada tanggal 16 September 1908 Masehi atau Rabu Pahing, 19 Sya'ban 1326 Hijriah. 

Meskipun lahir di Jawa Timur, sebagian besar kehidupannya dihabiskan di kota Salatiga, Jawa Tengah. Pendidikan formalnya dimulai di usia 8 tahun di Madrasah Ulum, kompleks Masjid Agung Bojonegoro, sebelum memulai perjalanan pendidikan yang luas di berbagai pondok pesantren ternama, termasuk di Termas Pacitan, Simbang Kulon Pekalongan, dan Tebu Ireng Jombang.

Setelah menyelesaikan pendidikan di Makkah dan Mesir, Kyai Zubair kembali ke Indonesia dan menetap di Suruh, Salatiga. 

Di sana, ia mendirikan Pesantren Luhur yang kemudian berkembang menjadi Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Nahdlatul Ulama (IKIP NU) Salatiga, sekarang dikenal sebagai Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga.

Selama hidupnya, Kyai Zubair mengemban berbagai jabatan, termasuk sebagai guru di berbagai lembaga pendidikan Islam, ketua Mahkamah Islam Tinggi di Jawa Madura dan Surakarta, serta rektor IAIN Walisongo. 

Ia juga aktif dalam organisasi keagamaan, termasuk menjadi anggota Syuriyah PBNU dan menghadiri berbagai kegiatan penting di NU.

Kyai Zubair juga dikenal sebagai seorang ahli falak yang berpengaruh. Setelah mengajar di Al-Azhar, ia mengumpulkan catatan mahasiswa-mahasiswanya menjadi buku yang terkenal, Al-Khulasah al-Wafiyah. 

Keahliannya dalam ilmu falak membuatnya diminta menjadi promotor dalam pemberian gelar doktor kehormatan kepada dua sarjana dari Universitas Al-Azhar oleh Universitas Nahdlatul Ulama Surakarta.

Kehidupan dan kontribusi Kyai Zubair Umar al-Jailani menjadi bagian penting dari sejarah pendidikan dan keagamaan di Indonesia, terutama dalam mengembangkan pesantren dan memperjuangkan ilmu pengetahuan Islam.

Kini, nama Mbah Zubair juga diabadikan menjadi nama gedung Planetarium dan Observatorium UIN Walisongo Semarang.


*diolah dari berbagai sumber

buttons=(Accept !) days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top