Inilah Sutanto, Ahli Olah Limbah Kayu Jadi Lukisan Kaya Makna

Redaksi
0
Sutanto, pelaku seni yang tidak mau menyebut dirinya seniman. Foto ist.

Penulis: Tim KKN UIN Walisongo Kelurahan Kranggan, Kecamatan Ambarawa

EDUKASIA.ID - Inspirasi dalam berkarya seni bisa datang dari mana saja, termasuk saat melihat kondisi lingkungan yang kotor dan tercemar. Hal itulah yang membawa inspirasi pada karya-karya lukisan Sutanto.

Pelaku seni yang tidak mau menyebut dirinya seniman itu sudah banyak menghasilkan karya-karya yang inspirasinya dari limbah di lingkungan sekitar Kelurahan Kranggan, utamanya limbah kayu.

Seni yang dihasilkannya mulai dari seni sketsa, seni instalasi, dan seni lukis. “Lahir dan besar disini, melihat limbah yang berserakan mengilhami saya untuk sadar dan mau untuk bergerak menghasilkan sesuatu yang lebih bermanfaat bagi lingkungan” kata Sutanto.

Saat ditemui di kediamannya yang berlokasi di Kelurahan Kranggan, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Sutanto bercerita awal mula karya-karyanya diciptakan bermula dari tiga tahun yang lalu. Limbah kayu yang digunakan beragam, mulai dari sisa lemari bekas, meja atau kursi bekas, hingga ranting-ranting kayu yang berserakan di sekitar kediamannya.

“Yang saya gambarkan itu, bentuk ekspresi diri dari abstraksi kayu-kayu yang membentuk tangan dan kaki, bukannya hanya sekedar bentuk tangan dan kaki, tapi sesuai nama lukisannya saya memaknai ketika tangan dan kaki sudah mulai bersaksi maka bualan yang diciptakan lisan tak ada gunanya, inspirasinya secara religi saya dapat dari surah yasin ayat 65” kata beliau menjelaskan maksud salah satu lukisannya berjudul “Ketika Tangan dan Kaki Bersaksi”.

Tak hanya lukisan tersebut, rumah Sutanto dipenuhi dengan karya lukisan lainnya yang kaya akan makna. Setiap lukisan memiliki ceritanya sendiri, beberapa bahkan saling terkait seperti lukisan ayah dan ibu yang tidak diperjualbelikan dan dipajang di kamar Bapak Sutanto.

Bagi Sutanto, Seni tidak melulu berasal dari sesuatu yang indah. Salah satu motto hidup beliau yang membawanya terus berkarya yakni “Habis manis, sepah dibuat”, ia bermaksud limbah-limbah yang di mata orang sudah habis masa pakainya ternyata bisa dimanfaatkan kembali menjadi lukisan dengan nilai keindahan yang tinggi.

***
Berkontribusi di EDUKASIA.ID

EDUKASIA.ID mengundang guru, dosen, mahasiswa dan pemerhati pendidikan untuk terlibat dalam jurnalisme warga dengan mengirimkan berita, artikel, atau video terkait pendidikan, isu sosial, dan perkembangan terbaru. Berikan perspektif dan suara anda untuk membangun wawasan publik. Kirim karya Anda melalui WhatsApp: 085640418181, Email: redaksi@edukasia.id

Youtube : EDUKASIA ID
Facebook: EDUKASIAID
Instagram: EDUKASIAID
Twitter: EDUKASIAID
Tiktok: EDUKASIAID
LinkedIn: EDUKASIAID

Posting Komentar

0 Komentar

Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.

Posting Komentar (0)

#buttons=(Ok, Go it!) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Ok, Go it!
To Top