EDUKASIA.ID - Belakangan, media sosial diramaikan dengan unggahan remaja yang menyakiti diri sendiri atau self-harm, terutama dengan menyayat tangan menggunakan silet.
Fenomena ini tentu menimbulkan kekhawatiran, apalagi jika dianggap hal biasa atau tren yang bisa ditiru. Lantas, apa sebenarnya yang terjadi?
Menurut data, sekitar 10 persen remaja dan dewasa muda pernah melakukan self-harm. Angka ini cukup tinggi dan menunjukkan bahwa masalah ini tidak bisa dianggap sepele.
Fenomena Self-Harm
Dilansir dari laman Kemenkes RS Marzoeki Mahdi, Self-harm adalah tindakan menyakiti diri sendiri secara sengaja. Bukan karena ingin mencari perhatian, tapi biasanya dilakukan sebagai pelarian dari rasa sakit emosional yang sulit ditanggung. Luka fisik dianggap bisa “mengalihkan” atau meredakan nyeri batin, meskipun hanya sementara.Menurut data, sekitar 10 persen remaja dan dewasa muda pernah melakukan self-harm. Angka ini cukup tinggi dan menunjukkan bahwa masalah ini tidak bisa dianggap sepele.
Jenis-Jenis Self-Harm
Tindakan self-harm bisa muncul dalam berbagai bentuk, di antaranya:- Cutting: Melukai kulit, terutama bagian tangan atau kaki, dengan benda tajam.
- Hitting: Memukul diri sendiri, membenturkan kepala, atau menjatuhkan tubuh secara sengaja.
- Addiction: Kecanduan terhadap hal-hal seperti game, pornografi, judi online, media sosial, alkohol, atau narkoba, hingga mengabaikan kebutuhan dasar diri.
Kenapa Bisa Terjadi?
Self-harm seringkali muncul dari stres emosional yang tidak tertangani. Saat tekanan batin menumpuk dan tidak ada jalan keluar, seseorang bisa merasa panik dan akhirnya memilih menyakiti diri. Luka fisik memicu keluarnya dopamin zat kimia di otak yang menimbulkan rasa lega sesaat.Namun setelah itu, biasanya muncul rasa bersalah dan malu yang justru membuat tekanan emosional kembali datang. Inilah yang disebut siklus self-harm: Stres emosional → Overload → Panik → Self-harm → Lega sementara → Rasa bersalah → Stres lagi
Bagaimana Mencegah dan Mengatasi Self-Harm?
Untuk membantu diri sendiri atau orang lain yang mengalami self-harm, beberapa langkah berikut bisa dicoba:- Ajarkan keterampilan hidup (life skills) sejak dini agar anak bisa mengelola stres dan emosi dengan sehat.
- Bangun hubungan yang terbuka antara orang tua dan anak, jadi bukan sekadar pengasuh, tapi juga sahabat dan pendengar.
- Lakukan aktivitas yang menyenangkan, seperti hobi yang bikin semangat.
- Kenali pola dan pemicu self-harm, lalu catat cara-cara yang bisa membantu mengalihkan dorongan tersebut.
- Temukan cara lain untuk menenangkan diri, seperti menulis jurnal, menarik napas dalam, atau berbicara dengan orang yang dipercaya.
- Tunda dorongan self-harm, beri waktu beberapa menit sebelum bertindak. Sering kali, dorongan itu bisa mereda seiring waktu.
Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.