100 Remah Hikmah (17): Don't like

Ilustrasi: Foto pixabay

Penulis: Salahuddin Ibnu Sjahad*

EDUKASIA.ID
 - Semisal saya punya nomor HP pribadi Mark Zuckeberg akan cepat-cepat saya beri nasehat agar di facebook buatannya ditambah tanda don't like. 

Atau membuat para pengguna bisa mengatur sekiranya suatu post hanya bisa di "like" atau "don't like" tanpa bisa dikomentari. 

Tidak semua orang yang memposting status mendapat komentar yang bagus dari teman mayanya. 

Terkadang orang yang tak tahan bullying akan bunuh diri saat melihat sekian banyak komentar yang kelewat pedas. Mulutmu harimaumu.. kata orang begitu. 

Apalagi bagi orang yang super sibuk & punya teman banyak plus tak sempat berkomentar tapi merasa tidak sesuai jika me-like suatu status yang tak jelas, tombol "don't like" atau yang semacamnya akan sangat membantu sebagai tanda partisipasi. 

Jika ada status begini:
"Presiden hanya bisa menitikkan air mata saat melihat BG dilantik jadi Kapolri dan KPK dinonaktifkan." 

Kalau saya berkomentar, saya belum tahu apakah presiden sedang menangis sedih atau malah bahagia.. 

Kalau saya meng-like, yang saya senangi itu postingnya, isi post nya atau malah si tukang posting.. 

Kalau saya tidak melakukan apa-apa, saya malah dianggap tidak peduli, entah kepada teman FB yang sudah susah-susah menyusun kalimat postingan atau terhadap permasalahan genting negeri ini. 

Saya sepakat kalau Gus Mus melanjutkan lagi puisi lamanya: "Aku harus bagaimana..."


**** * ****

*Salahuddin Ibnu Sjahad atau Mohammad Salahuddin Al-Ayyubi, seorang guru mata pelajaran Ilmu Tafsir di MAN Sumenep, peraih beasiswa studi S2 melalui Beasiswa Indonesia Bangkit di UIN Sunan Kalijaga. Tulisan ini merupakan kompilasi statusnya di Facebook yang kemudian dijadikannya buku berformat PDF, diberinya judul "100 Remah Hikmah: Secuil Cerita dan Sudut Pandang Baru dalam Menikmati Rutinitas Kehidupan."

buttons=(Accept !) days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top