100 Remah Hikmah (38): Menyelamatkan Muka Walisongo

Ilustrasi: Foto pixabay

Penulis: Salahuddin Ibnu Sjahad*

EDUKASIA.ID - Syarif Hidayatullah.

Sunan Kalijaga. 

Maulana Malik Ibrahim

Sunan Ampel. 

Sunan Gunung Djati. 

Walisongo.

Iya..kok gak komplit nama-namanya? 

Sekilas memang benar bahwa itu adalah nama sebagian Walisongo. 

Tapi yang lebih tepatnya adalah nama universitas di Jawa yang telah menyandang nama "Islam Negeri". Mestinya tak usah heran kalau di kampus-kampus Islam tersebut banyak berkeliaran para mahasiswi berjilbab atau bahkan berhijab full dan mahasiswanya rapi berpeci. 

Bacaan Al-Qur'an menjadi pembuka kuliah di tiap kelas atau sesekali cleaning service kerepotan merapikan kitab-kitab hadis dan keislaman yang menumpuk di jendela kelas. 

Para tamu segan untuk buang sampah sembarangan karena tong-tong sampah tak pernah nganggur. Hampir tak bisa dijumpai muda-mudi berjalan beriringan apalagi bermesraan. 

Dosen dan staf kampus pun sangat kompeten dan disiplin bertugas. Sepertinya saya harus cepat-cepat bangun dari mimpi. Mimpi yang entah akan jadi nyata atau tidak. 

Tapi sepertinya bukan saat ini. Para Walisongo tersebut tadi mungkin bisa sangat marah mengetahui nama mereka disalah-gunakan. 

Betapa tak sedikit kejahatan akademik dan non akademik yang dilakukan para civitas kampus bergenre islam tadi, baik yang terlapor maupun yang “disepakati” untuk didiamkan. 

Seolah-olah ruh ihsan telah hilang dari jiwa-jiwa yang terlalu mempertuhankan akal. Mereka yang ngampus di bawah naungan nama besar walisongo tersebut (ataupun yang telah alumni) rupanya telah meninggalkan ajaran islam dengan terang-terangan. 

Saya tak perlu tanya mereka sadar atau tidak. Karena saya pun sekarang mau tak mau, sudah masuk dalam lingkaran setan pendidikan tanpa ruh islam tersebut. 

Bukannya ingin "manut katut" para oknum yang hobi menggelapkan pendidikan. Hanya ingin sebisa mungkin berjuang agar para Walisongo kelak di akhirat bisa lega dan ridlo karena nama mereka dicatut oleh institusi yang "bersih" dan dipenuhi orang-orang yang "putih". 

Walaupun sampai kapanpun, kampus manapun tak bisa lepas dari golongan abu-abu. Tinggal posisi mereka dalam kelompok mana, mayoritas atau minoritas. 

Innal baathila kaana zahuqaa..


**** * ****

*Salahuddin Ibnu Sjahad atau Mohammad Salahuddin Al-Ayyubi, seorang guru mata pelajaran Ilmu Tafsir di MAN Sumenep, peraih beasiswa studi S2 melalui Beasiswa Indonesia Bangkit di UIN Sunan Kalijaga. Tulisan ini merupakan kompilasi statusnya di Facebook yang kemudian dijadikannya buku berformat PDF, diberinya judul "100 Remah Hikmah: Secuil Cerita dan Sudut Pandang Baru dalam Menikmati Rutinitas Kehidupan."

buttons=(Accept !) days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top