Sering Scroll Konten Receh? Awas Brain Rot, Ini Cara Menghindarinya

Redaksi
0



Ilustrasi scroll media sosial. Foto: Freepik

EDUKASIA.ID - Di tengah derasnya arus informasi dan hiburan di media sosial, istilah Brain Rot belakangan ini semakin sering terdengar. 

Tapi, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Brain Rot? Apa bahayanya bagi kesehatan mental, dan bagaimana cara mencegahnya? Yuk, simak ulasan lengkap berikut ini.

Dilansir dari laman cirebonkota.go.id, Brain Rot mengacu pada kondisi penurunan fungsi mental yang disebabkan oleh konsumsi konten digital berkualitas rendah secara berlebihan. Fenomena ini banyak ditemukan di platform seperti TikTok yang digemari kalangan Gen Z dan Gen Alpha.

Konten berdurasi pendek, visual yang berlebihan, informasi dangkal bahkan menyesatkan, serta tayangan ekstrem yang mudah ditiru menjadi pemicu utama. Secara tidak sadar, paparan terus-menerus terhadap konten semacam ini dapat membentuk pola pikir instan dan menumpulkan kemampuan otak untuk berpikir secara kritis dan mendalam.

Bahaya Brain Rot

1. Kemunduran Kognitif: Kebiasaan mengonsumsi konten instan dapat melemahkan kemampuan otak dalam memproses informasi kompleks. Akibatnya, daya analisis, kreativitas, serta kemampuan memecahkan masalah bisa menurun secara signifikan.
2. Gangguan Regulasi Emosi: Overstimulasi dari tayangan visual dan suara yang intens memperburuk pengendalian emosi. Pengguna menjadi lebih mudah cemas, depresi, bahkan agresif. Paparan konten yang memicu adrenalin secara terus-menerus membuat otak kesulitan mencapai kondisi tenang.
3. Ketergantungan pada Dopamin Instan: Konten dangkal kerap dirancang untuk memberikan rasa senang sesaat melalui pelepasan dopamin. Jika dibiarkan, hal ini dapat menimbulkan kecanduan dan menurunkan minat terhadap aktivitas yang lebih bermakna, seperti belajar atau bersosialisasi secara langsung.
4. Dampak pada Anak dan Remaja: Otak yang masih dalam tahap perkembangan sangat rentan terhadap pengaruh negatif Brain Rot. Terlalu banyak paparan konten instan dapat mengganggu perkembangan sosial, membingungkan pembentukan identitas diri, dan menurunkan kemampuan belajar.

Gejala Brain Rot 

1. Kesulitan berkonsentrasi, terutama dalam menyelesaikan tugas-tugas yang memerlukan fokus jangka panjang.
2. Disorientasi mental, seperti mudah bingung atau kehilangan konteks dalam situasi tertentu.
3. Gangguan memori jangka pendek, terutama untuk informasi baru atau penting.
4. Penurunan perawatan diri, seperti melewatkan makan, malas mandi, atau tidur tidak teratur.
5. Emosi tidak stabil, seperti mudah tersinggung, merasa cemas tanpa sebab, atau kehilangan semangat terhadap hal-hal yang sebelumnya disukai.
6. Kesulitan bersosialisasi, menghindari interaksi langsung dan merasa canggung dalam lingkungan sosial.
7. Pengambilan keputusan yang impulsif, tanpa pertimbangan rasional yang cukup.

Cara Mencegah Brain Rot

1. Batasi waktu layar sesuai rekomendasi: maksimal 2 jam per hari untuk anak-anak dan tidak lebih dari 4 jam untuk orang dewasa, di luar keperluan pekerjaan.
2. Pilih konten secara selektif, hindari yang bersifat provokatif atau menimbulkan stres, dan fokus pada konten yang mendidik, menginspirasi, atau memperkaya diri.
3. Lakukan detoks digital secara berkala, dengan mengurangi interaksi digital selama beberapa jam atau hari untuk memberi waktu bagi otak beristirahat.
3. Ciptakan lingkungan digital yang sehat, misalnya dengan mengatur notifikasi, memfilter media sosial agar hanya menampilkan konten positif, dan menggunakan fitur pengingat waktu layar.
4. Isi waktu dengan aktivitas bermakna, seperti membaca, olahraga, bermain musik, belajar hal baru, atau menghabiskan waktu bersama keluarga dan alam.

Itulah ulasan singkat mengenai Brain Rot. Semoga bermanfaat!

Posting Komentar

0 Komentar

Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.

Posting Komentar (0)

#buttons=(Ok, Go it!) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Ok, Go it!
To Top