Punya Gelar S3 Oxford, Aishah Pilih Jadi Guru SMA di Yogyakarta

Redaksi
0
Aishah Prastowo saat berfoto di depan Praxis High School, Yogyakarta. Foto LPDP.

Yogyakarta. EDUKASIA.ID - Sebuah cuitan dari Aishah Prastowo, alumni LPDP angkatan awal, ramai dibicarakan di media sosial Thread sejak November 2024 lalu.

"Saya alumni LPDP angkatan dinosaurus (PK-6), S3 Engineering Science di Oxford. Dulu waktu bikin esai/interview bilangnya mau jadi peneliti. Sepuluh tahun berlalu dan saya jadi... guru SMA," cuitnya.

Cuitan itu pun menuai banyak komentar. Ada yang menyayangkan keputusan Aishah, tapi tak sedikit yang justru mengapresiasi pilihan kariernya sebagai bentuk kontribusi nyata ke pendidikan akar rumput.

Lulusan Doktor Oxford, Jadi Kepala Sekolah SMA di Sleman Yogyakarta 

Tak banyak yang tahu, Aishah saat ini menjabat sebagai kepala sekolah sekaligus guru di Praxis High School, sebuah SMA alternatif berbasis STEAM (Science, Technology, Engineering, Art, Mathematics) yang terletak di Bimomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Meski hanya lulusan SMA yang dibutuhkan untuk mengajar di sekolah menengah atas, Aishah datang dengan gelar doktor dari University of Oxford, Inggris universitas top dunia.

Lingkungan sekolah terlihat asri, dikelilingi persawahan dan dibangun dengan konsep ruang terbuka.

“Kemarin anak-anak habis dari Vietnam mengikuti kompetisi robotika internasional di FIRST Tech Challenge. Alhamdulillah dapat penghargaan Judges Choice Award,” ujarnya.

Asihah Cinta Fisika Sejak Kecil

Kecintaan Aishah terhadap dunia sains sudah tumbuh sejak kecil. Ayahnya adalah dosen Fisika di Universitas Gadjah Mada, dan ibunya lulusan Kimia dari kampus yang sama. Ia sempat mengikuti sang ayah menempuh studi S3 di Queen’s University, Kanada.

Lulus dari SMP, Aishah meraih medali perak Olimpiade Sains Nasional (OSN) 2004 di bidang Fisika. Ia kemudian melanjutkan pendidikan S1 di Teknik Fisika UGM pada 2007.

“Menurut saya fisika itu sangat konkret ya, sesuatu yang bisa kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya tentang bola dilempar, kendaraan melaju. Seperti itu kan lebih mudah dipahami,” kata Aishah.

Studi S2 di Prancis, Lanjut S3 ke Oxford lewat LPDP

Tahun 2011, Aishah mendapat beasiswa dari pemerintah Prancis untuk menempuh S2 di Université Paris Descartes dalam program Interdisciplinary Approach to Life Science.

“Jadi teman saya itu ada yang dari biologi, ada yang kedokteran, dari kimia, dari teknik elektro, dan lain-lain,” ujar Aishah.

Kebutuhan magang selama S2 membawanya makin tertarik untuk melanjutkan riset secara mendalam.

“Karena saya merasa penelitian itu kalau cuma misalnya tiga bulan itu kayak baru nyiapin aja ya, belum benar-benar masuk ke dunia penelitian. Jadi saya memang waktu S2 itu langsung mencari untuk lanjut S3-nya seperti itu," ujarnya.

Kesempatan datang ketika LPDP baru diluncurkan pada 2013. Ia mendapat informasi dari KBRI Paris dan akhirnya diterima di University of Oxford tahun 2014.

Menjalani studi doktoral di kampus bergengsi bukan tanpa tantangan. Selain beban akademik tinggi, Aishah mengaku tantangan terbesar adalah adaptasi mental.

“Mentalnya yang sangat diperjuangkan. Karena tentunya kita harus beradaptasi dengan kultur di sana. Bagaimana mahasiswa lain pada ambis semua. Dari supervisor pun juga cukup tinggi standarnya,” kenangnya.

Di tengah tekanan, Aishah fokus pada penelitian bidang mikrofluida multifase, teknologi pengolahan cairan berskala sangat kecil untuk berbagai kebutuhan eksperimen dan medis.

“Misalnya untuk membuat alat diagnostik penyakit secara murah dan dapat dilakukan di pelosok yang kurang terjangkau oleh alat laboratorium yang kompleks,” ujarnya.

Pengajaran Daring

Selepas lulus pada 2019, Aishah sempat menjadi peneliti, lalu menikah, hamil, dan disusul pandemi COVID-19. Masa jeda ini membawanya kembali ke dunia pengajaran secara daring sebuah awal dari peralihan jalur kontribusinya.

Ia mengajar penulisan akademik untuk mahasiswa, melatih siswa LKTI dan OPSI, hingga membimbing siswa BIM. Kesempatan menjadi guru datang dari Alta Global School, hingga akhirnya muncul tawaran mendirikan Praxis High School tahun 2024.

“Praxis High School sendiri adalah sekolah setingkat SMA. Sebelumnya kami adalah Praxis Academy, itu semacam IT bootcamp,” jelasnya.

Bangun Sekolah dari Nol, Tantangan Baru Aishah

Saat ini Praxis baru punya satu angkatan dengan delapan siswa. Mendirikan sekolah dari nol menjadi tantangan besar. Aishah harus menangani kurikulum, kepemimpinan, hingga membimbing langsung proses belajar siswa.

“Kemarin mengacu pada penelitian bahwa di masa depan ini nanti dunia kerja akan dipengaruhi banyak hal, terutama otomasi seperti robotika dan AI, itu akan banyak menutup lapangan kerja yang sekarang sudah ada. Tapi juga membuka banyak lapangan kerja baru,” jelasnya.

Di Praxis, siswa sudah belajar AI dan coding sejak kelas 10. Salah satu muridnya bahkan sudah menjadi co-author di jurnal ilmiah internasional.

Love Language Aishah Tetap Penelitian

Meski kini lebih banyak mengajar di kelas dibanding bekerja di laboratorium, Aishah tak merasa jauh dari dunia riset.

“Yang saya ajarkan itu juga masih terkait dengan dunia penelitian… jadi ketika merefleksikan pengalaman tersebut ternyata saya tetap mencintai dunia penelitian, tetapi love language-nya sekarang berbeda saja,” ujarnya.

Aishah tak menyesali jalur hidup yang ia tempuh. Ia justru mendorong lebih banyak guru untuk menempuh pendidikan setinggi mungkin.

“Saya mengajak guru-guru di Indonesia untuk yang ingin lanjut S2, S3 untuk bisa memperjuangkan dan meraih mimpi-mimpinya dengan Beasiswa LPDP,” katanya.

Kontribusi Nyata Aishah 

Aishah menegaskan bahwa kontribusi tidak harus selalu besar dan spektakuler. Yang penting, bermanfaat bagi sesama.

“Jangan takut atau merasa minder, jangan down. Kalau misalnya dirasa belum memberi impact yang besar, ya justru impact-impact yang kecil ini yang bisa lebih dirasakan manfaatnya buat orang-orang sekitar,” pesannya.

Perjalanan Aishah Prastowo belum selesai. Langkahnya dari laboratorium di Oxford ke ruang kelas di Sleman adalah bentuk nyata dari napak tanah, membumikan ilmu demi peningkatan kualitas SDM Indonesia.

Posting Komentar

0 Komentar

Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.

Posting Komentar (0)

#buttons=(Ok, Go it!) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Ok, Go it!
To Top