Kemdiktisaintek dan Eka Hospital Bahas Peningkatan Kualitas Tenaga Perawat

Ma'rifah Nugraha
0
Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Stella Christie. Foto Kemdiktisaintek.

EDUKASIA.ID - Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Stella Christie menerima audiensi dari jajaran pimpinan Rumah Sakit Eka dan Yayasan Eka Tjipta di Kantor Kemdiktisaintek, Jakarta, Senin, 21 Juli 2025.

Pertemuan ini membahas upaya meningkatkan kualitas dan kompetensi tenaga perawatan yang sesuai kebutuhan industri kesehatan dalam negeri.

CEO Eka Hospital, Rina Setiawati, mengungkapkan jaringan Eka Hospital akan melakukan ekspansi dengan membuka sejumlah rumah sakit baru. Namun, ekspansi tersebut menghadapi tantangan utama, yakni kebutuhan tenaga perawat yang kompeten.

“Terjadi kompetisi yang sangat ketat dalam merekrut perawat, terutama yang sudah berpengalaman dan terampil. Perawat sangat dibutuhkan,” ujar Rina.

Meski Indonesia secara nasional dianggap surplus tenaga medis, Rina menyoroti fakta bahwa tidak semua lulusan perawat bekerja di rumah sakit.

“Tantangannya bukan hanya soal kuantitas, tetapi juga kualitas,” tambahnya.

Rina juga menyebutkan mutu perawatan yang masih perlu ditingkatkan, terutama berdasarkan masukan dari pasien yang pernah mendapatkan layanan kesehatan di luar negeri.

“Banyak yang menganggap perawat kita masih bisa dioptimalkan kompetensinya,” jelas dia.

Menurut Rina, rumah sakit memerlukan tenaga medis dengan kualitas mumpuni yang mampu memenuhi kebutuhan industri kesehatan saat ini dan memperkuat perangkat negara dengan tetap bekerja di dalam negeri.

Menanggapi hal tersebut, Wamen Stella menyebut kolaborasi antara rumah sakit dan kampus bisa menjadi solusi. Ia menjelaskan ada tiga skema yang bisa dipertimbangkan untuk menjembatani kebutuhan dunia kerja dan dunia pendidikan.

“Pertama, memasukkan mata kuliah berbasis kebutuhan rumah sakit ke dalam kurikulum kampus mitra,” ujar Stella.

“Kedua, merancang program pengenalan atau bridging untuk menunjukkan pembelajaran secara nyata termasuk informasi gaji, tanggung jawab, dan lingkungan kerja,” lanjutnya.

Ketiga, lanjut Stella, adalah mengembangkan kemitraan dengan kampus untuk membuat kelas khusus atau kurikulum bersama.

“Kementerian sendiri mempunyai peran untuk membuka jaringan dan meng-endorse program tersebut sehingga nantinya akan banyak yang berpartisipasi, misalnya melalui bentuk surat edaran dari kita,” tambah Wamen Stella.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Strategi dan Sistem Pembelajaran Transformatif (SSPT) Ditjen Sains dan Teknologi Kemdiktisaintek, Ardi Findyartini, menekankan pentingnya pemetaan kebutuhan perawat berdasarkan jenjang pendidikan.

“Bidang program pendidikan perawat ada mulai dari D3, D4, S1 profesi, hingga spesialis,” jelas Ardi.

Ia menambahkan, strategi link and match antara lulusan dan dunia kerja harus diperkuat, termasuk melalui program upskilling dan pembentukan kompetensi yang benar-benar dibutuhkan oleh rumah sakit.

Posting Komentar

0 Komentar

Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.

Posting Komentar (0)

#buttons=(Ok, Go it!) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Ok, Go it!
To Top