Ilustrasi. Foto Freepik.
EDUKASIA.ID - Bulan Muharram merupakan salah satu dari empat bulan haram yang dimuliakan dalam Islam.
Melansir laman MUI, di bulan ini, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak amal ibadah, termasuk puasa sunnah.
Nabi Muhammad SAW menyebut bahwa puasa di bulan Muharram adalah yang paling utama setelah Ramadhan.
Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: "Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah, yakni Muharram. Dan shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim)
Hadis ini menunjukkan bahwa bulan Muharram memiliki keutamaan tersendiri, terutama dalam hal ibadah puasa.
Sejarah Puasa Asyura
Saat Rasulullah SAW hijrah ke Madinah, beliau melihat kaum Yahudi berpuasa pada tanggal 10 Muharram. Ketika ditanya, mereka menjelaskan bahwa hari itu merupakan hari kemenangan Nabi Musa AS dan Bani Israil dari penindasan Firaun. Sebagai bentuk syukur, Nabi Musa berpuasa pada hari tersebut.Rasulullah SAW bersabda, “Kami lebih berhak terhadap Musa daripada kalian.” Maka beliau pun ikut berpuasa pada hari Asyura dan memerintahkan para sahabat untuk berpuasa. (HR. Bukhari)
Anjuran untuk Menyelisihi Ahli Kitab
Pada awalnya, Rasulullah SAW mengikuti tradisi tersebut. Namun setelah penaklukan Makkah (Fathu Makkah) dan meluasnya dakwah Islam, beliau memilih untuk membedakan diri dari tradisi Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani).Sebagai bentuk penyelisihan, beliau menganjurkan agar puasa Asyura disertai dengan puasa sehari sebelumnya atau sesudahnya.
Dalam riwayat disebutkan: “Berpuasalah kalian sehari sebelumnya atau sesudahnya.”
1. Puasa hanya pada 10 Muharram (Asyura)
2. Puasa pada 9 dan 10 Muharram (Tasu’a dan Asyura)
3. Puasa pada 9, 10, dan 11 Muharram (paling sempurna)
Tingkatan ketiga menjadi bentuk puasa yang paling lengkap, sebagai bentuk kesungguhan dalam ibadah dan dalam membedakan diri dari Ahli Kitab.
Berikut lafaz niat yang bisa dibaca dalam hati, dan disunnahkan pula untuk dilafalkan secara lisan:
Nawaitu shaumal Muharrami lillâhi ta‘âlâ
Dalam riwayat disebutkan: “Berpuasalah kalian sehari sebelumnya atau sesudahnya.”
Tingkatan Puasa Asyura
Ibnu Hajar al-Asqalani dalam kitab Fathul Bari menyebutkan bahwa puasa Asyura memiliki tiga tingkatan:1. Puasa hanya pada 10 Muharram (Asyura)
2. Puasa pada 9 dan 10 Muharram (Tasu’a dan Asyura)
3. Puasa pada 9, 10, dan 11 Muharram (paling sempurna)
Tingkatan ketiga menjadi bentuk puasa yang paling lengkap, sebagai bentuk kesungguhan dalam ibadah dan dalam membedakan diri dari Ahli Kitab.
Tata Cara dan Niat Puasa Tasu’a dan Asyura
Secara umum, puasa Muharram dilakukan sebagaimana puasa sunnah lainnya. Niat puasa dapat dilakukan sejak malam hari hingga sebelum tergelincir matahari (zawal), dengan syarat belum melakukan hal-hal yang membatalkan puasa sejak subuh.Berikut lafaz niat yang bisa dibaca dalam hati, dan disunnahkan pula untuk dilafalkan secara lisan:
Niat puasa Muharram secara umum:
نَوَيْتُ صَوْمَ الْمُحَرَّمِ لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shaumal Muharrami lillâhi ta‘âlâ
Artinya: Saya niat puasa Muharram karena Allah Ta‘âlâ
Niat puasa Tasu’a (9 Muharram):
نَوَيْتُ صَوْمَ تَاسُوعَاءَ لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma Tâsû‘â-a lillâhi ta‘âlâ
Artinya: Saya niat puasa Tasu’a karena Allah Ta‘âlâ
Niat puasa Asyura (10 Muharram):
نَوَيْتُ صَوْمَ عَاشُورَاءَ لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ‘Âsyûrâ-a lillâhi ta‘âlâ
Artinya: Saya niat puasa Asyura karena Allah Ta‘âlâ
Waktu Pelaksanaan Puasa Tasu’a dan Asyura 1447 H
Untuk tahun ini, puasa Tasu’a dan Asyura 1447 Hijriah diperkirakan jatuh pada:- Tasu’a (9 Muharram 1447 H): Sabtu, 5 Juli 2025
- Asyura (10 Muharram 1447 H): Ahad, 6 Juli 2025
Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.