Ilustrasi donor darah. Foto Freepik.
EDUKASIA.ID - Pernah berniat donor darah tapi tidak lolos skrining kesehatan? Meski terlihat sederhana, donor darah punya sejumlah syarat medis yang harus dipenuhi agar aman bagi pendonor maupun penerima.
Hal ini dibahas dalam Podcast ‘TikTalk RSA UGM’, Jumat, 26 September 2025, bersama Kepala Instalasi Unit Transfusi Darah RSA Universitas Gadjah Mada, dr. Titien Budhiaty.
Menurut Titien, syarat utama calon pendonor adalah sehat secara umum.
"Syarat utama calon pendonor adalah sehat secara umum, dengan berat badan minimal 50 kilogram dan kadar hemoglobin di atas 12,5," ucap Titien.
Pendonor juga harus berusia 17 hingga 60 tahun. Jika sudah rutin mendonor, batas usia bisa lebih dari 60 tahun dengan catatan kondisi tetap sehat.
Ia menyebut, pingsan biasanya terjadi pada pendonor pertama kali, mereka yang kurang istirahat, atau tidak cukup minum.
Pendonor juga harus berusia 17 hingga 60 tahun. Jika sudah rutin mendonor, batas usia bisa lebih dari 60 tahun dengan catatan kondisi tetap sehat.
Persiapan Sebelum Donor
Titien menekankan pentingnya persiapan sebelum mendonorkan darah. Pendonor dianjurkan makan dan minum cukup sekitar satu jam sebelumnya. Hal ini bertujuan mencegah risiko pingsan.Ia menyebut, pingsan biasanya terjadi pada pendonor pertama kali, mereka yang kurang istirahat, atau tidak cukup minum.
"Puasa saat donor memang tidak dianjurkan, meskipun ada beberapa pendonor rutin yang mampu melakukannya dengan baik," katanya dikutip dari laman UGM.
“Kami menyarankan pendonor memastikan kondisi tubuh bugar dan asupan gizi tercukupi sebelum melakukan donor darah,” jelasnya.
Banyak calon pendonor gagal skrining karena kadar hemoglobin rendah. Titien menyarankan memperhatikan pola makan dengan mengonsumsi sumber zat besi seperti daging, sayuran, dan buah.
Ia juga mengingatkan agar menghindari kebiasaan minum teh setelah makan.
“Kami menyarankan pendonor memastikan kondisi tubuh bugar dan asupan gizi tercukupi sebelum melakukan donor darah,” jelasnya.
Banyak calon pendonor gagal skrining karena kadar hemoglobin rendah. Titien menyarankan memperhatikan pola makan dengan mengonsumsi sumber zat besi seperti daging, sayuran, dan buah.
Ia juga mengingatkan agar menghindari kebiasaan minum teh setelah makan.
"Kebiasaan minum teh setelah makan dapat menghambat penyerapan zat besi dalam tubuh," ujarnya.
Sebagai gantinya, dianjurkan minum jus jeruk atau buah kaya vitamin C untuk membantu penyerapan zat besi.
Sebagai gantinya, dianjurkan minum jus jeruk atau buah kaya vitamin C untuk membantu penyerapan zat besi.
“Kalau asupan makanan kurang, suplemen zat besi juga bisa menjadi pilihan,” terang Titien.
"Pasien dengan hipertensi atau diabetes masih bisa donor bila terkontrol, tetapi tidak untuk mereka yang menggunakan insulin," ucap Titien.
Riwayat penyakit jantung, stroke, atau keluarga dengan hepatitis B juga menjadi pertimbangan.
Kondisi Medis yang Perlu Diwaspadai
Selain hemoglobin rendah, ada kondisi medis tertentu yang membuat seseorang tidak dianjurkan mendonor."Pasien dengan hipertensi atau diabetes masih bisa donor bila terkontrol, tetapi tidak untuk mereka yang menggunakan insulin," ucap Titien.
Riwayat penyakit jantung, stroke, atau keluarga dengan hepatitis B juga menjadi pertimbangan.
“Kami melarang donor darah pada kondisi yang berpotensi membahayakan kesehatan pendonor maupun penerima darah,” ujarnya.
Obat-obatan tertentu pun berpengaruh. Pengguna antikoagulan, psikotropika jangka panjang, atau obat yang memengaruhi kualitas darah tidak diperbolehkan donor. Selain itu, skrining juga menanyakan riwayat vaksinasi, malaria, hingga perjalanan ke daerah endemis penyakit.
“Pertanyaan dalam formulir skrining dirancang agar donor dan produk darah tetap aman,” katanya.
Titien mengingatkan kejujuran menjadi kunci keberhasilan skrining.
Obat-obatan tertentu pun berpengaruh. Pengguna antikoagulan, psikotropika jangka panjang, atau obat yang memengaruhi kualitas darah tidak diperbolehkan donor. Selain itu, skrining juga menanyakan riwayat vaksinasi, malaria, hingga perjalanan ke daerah endemis penyakit.
“Pertanyaan dalam formulir skrining dirancang agar donor dan produk darah tetap aman,” katanya.
Titien mengingatkan kejujuran menjadi kunci keberhasilan skrining.
"Jika merasa memiliki risiko tertentu, pendonor bisa memberi tahu tim medis setelah donor agar darah tidak digunakan. Transparansi ini sangat penting karena hasil tes laboratorium tidak selalu langsung menunjukkan infeksi," ujarnya.
Menurutnya, kejujuran pendonor adalah bagian dari tanggung jawab moral untuk menyelamatkan nyawa orang lain.
Selain kesehatan, gaya hidup juga memengaruhi kelancaran donor darah. Pola makan bergizi, tidur cukup, dan olahraga rutin membantu menjaga tubuh tetap prima. Sebaliknya, begadang, pola makan tidak teratur, atau jarang olahraga bisa menggagalkan donor.
“Jika tubuh sehat, kita bisa menjadi pendonor darah secara rutin,” ucap Titien.
Bagi sebagian orang, donor darah bahkan sudah menjadi kebutuhan. Banyak pendonor rutin mengaku merasa tidak nyaman jika melewati jadwal donor.
Ia menambahkan, ada pasien yang mampu bertahan hidup berkat ketersediaan darah dari para pendonor sukarela.
Menurutnya, kejujuran pendonor adalah bagian dari tanggung jawab moral untuk menyelamatkan nyawa orang lain.
Selain kesehatan, gaya hidup juga memengaruhi kelancaran donor darah. Pola makan bergizi, tidur cukup, dan olahraga rutin membantu menjaga tubuh tetap prima. Sebaliknya, begadang, pola makan tidak teratur, atau jarang olahraga bisa menggagalkan donor.
“Jika tubuh sehat, kita bisa menjadi pendonor darah secara rutin,” ucap Titien.
Bagi sebagian orang, donor darah bahkan sudah menjadi kebutuhan. Banyak pendonor rutin mengaku merasa tidak nyaman jika melewati jadwal donor.
Ia menambahkan, ada pasien yang mampu bertahan hidup berkat ketersediaan darah dari para pendonor sukarela.
“Donor darah adalah amal kebaikan yang benar-benar bisa menyelamatkan nyawa,” pungkasnya.
Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.