Merawat Semesta dengan Cinta: Meneguhkan Peran Guru dalam Membangun Peradaban

Redaksi
0

Penulis: Prof. Dr. H. Fatah Syukur, M.Ag, Dekan FITIK UIN Walisongo Semarang/ Anggota Komisi Pendidikan dan Pesantren MUI Jawa Tengah/ Sekretaris Dewan Pakar Perkumpulan Manajer Pendidikan Indonesia (Permapendis).

EDUKASIA.ID - Tanggal 25 November selalu menjadi momen istimewa bagi dunia pendidikan Indonesia. Hari Guru Nasional bukan hanya peringatan seremonial, tetapi ruang refleksi atas kontribusi guru sebagai penjaga peradaban, penanam benih kebaikan, dan penggerak perubahan. Tahun 2025 Kementerian Agama RI mengangkat tema yang indah dan mendalam: “Merawat Semesta dengan Cinta.”

Tema ini menegaskan bahwa tugas guru bukan sekadar mentransfer pengetahuan, melainkan merawat ekosistem kehidupan—semesta pembelajaran—dengan cinta, compassion, dan ketulusan. Guru hadir bukan hanya sebagai pengajar, tetapi juga perawat nilai, penjaga harapan, dan pemimpin moral yang membimbing generasi menuju masa depan yang beradab.

Dalam proses itu, tiga isu penting terus menjadi perhatian: kesejahteraan, profesionalisme, dan keteladanan guru. Ketiganya membentuk fondasi yang kokoh untuk mewujudkan pendidikan yang humanis dan transformatif.

Kesejahteraan Guru: Cinta yang Tumbuh dari Rasa Aman


Cinta tidak tumbuh di ruang kekurangan. Seorang guru dapat merawat semesta pendidikan dengan penuh kasih jika mereka memiliki kesejahteraan yang memadai. Kenyataannya, masih banyak guru yang bergulat dengan masalah ekonomi, status kepegawaian, dan beban kerja administratif yang berlebihan.

Kesejahteraan guru adalah syarat agar cinta itu bertumbuh dan bekerja. Guru yang sejahtera akan; Mengajar dengan hati yang tenang dan fokus; Memiliki ruang untuk mengembangkan diri; Lebih kreatif dalam membangun pembelajaran bermakna. Demikian pula, kesejahteraan akan dapat menumbuhkan relasi positif dengan siswa dan lingkungan sekolah.

Investasi pada kesejahteraan guru bukanlah pengeluaran, tetapi langkah strategis untuk membangun masa depan bangsa. Ketika guru bahagia, proses belajar menjadi lebih manusiawi dan penuh rasa.

Profesionalisme Guru: Merawat Semesta dengan Kompetensi


Cinta tanpa kompetensi tidak cukup untuk menghadapi tantangan pendidikan masa kini. Profesionalisme adalah wujud cinta yang diwujudkan melalui kemampuan, dedikasi, dan tanggung jawab.

Guru profesional adalah mereka yang; Terus belajar mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; Menguasai strategi pembelajaran yang relevan dan berpihak pada murid; Memiliki kecakapan digital dan literasi yang adaptif; Mampu menciptakan lingkungan belajar yang aman, inklusif, dan inspiratif; Dengan profesionalisme akan menjunjung tinggi etika profesi serta integritas moral.

Profesionalisme guru adalah cara mereka merawat semesta pendidikan: memastikan setiap anak mendapat kesempatan belajar yang adil, bermakna, dan berkualitas. Dengan profesionalisme yang konsisten, guru berperan sebagai agen transformasi yang membawa perubahan nyata di kelas, sekolah, hingga masyarakat luas.

Keteladanan Guru: Cinta yang Menyalakan Cahaya Moral


Keteladanan adalah inti dari tema “Merawat Semesta dengan Cinta.” Guru tidak hanya dikenang karena apa yang mereka ajarkan, tetapi karena siapa mereka dan bagaimana mereka bersikap. Keteladanan adalah cahaya moral yang menuntun perjalanan siswa.

Guru teladan adalah mereka yang; Mengamalkan nilai-nilai kebaikan dalam tindakan sehari-hari; Mempraktikkan disiplin, kejujuran, dan rasa tanggung jawab; Menunjukkan empati dan menghargai keberagaman; Menjalani hidup dengan kesederhanaan dan integritas; Dengan keteladanan akan menghadirkan kasih sayang yang menumbuhkan keberanian dan kepercayaan diri siswa.

Keteladanan guru menjadikan pendidikan tidak hanya mencerdaskan pikiran, tetapi juga menumbuhkan jiwa. Inilah wujud merawat semesta: membangun karakter generasi bangsa dengan cinta yang tidak lekang oleh waktu.

Merawat Semesta Pendidikan: Tugas Kolektif Bangsa


Tema ini juga mengingatkan bahwa merawat semesta pendidikan bukan hanya tugas guru, tetapi tugas seluruh elemen bangsa. Pemerintah perlu memastikan kebijakan yang berpihak pada kesejahteraan dan pengembangan kompetensi guru. Orang tua dan masyarakat harus menjadi mitra aktif dalam proses pendidikan. Sekolah harus menciptakan ruang belajar yang sehat dan penuh dukungan.

Indonesia akan kuat jika semesta pendidikannya dirawat bersama-sama dengan cinta, bukan hanya dengan aturan dan angka. Cinta menguatkan relasi, membangun empati, dan menyalakan harapan yang sama: mencerdaskan anak bangsa.

Penutup


Hari Guru Nasional 2025 menjadi momentum untuk kembali mengenang perjalanan para guru yang tanpa lelah merawat “semesta kecil” di kelas—tempat karakter, ilmu, dan masa depan tumbuh bersamaan. Dengan tema “Merawat Semesta dengan Cinta”, kita diajak memaknai kembali bahwa pendidikan sejatinya adalah kerja kemanusiaan yang membutuhkan kesejahteraan yang layak, profesionalisme yang kuat, dan keteladanan yang menginspirasi.

Selamat Hari Guru Nasional 2025. Terima kasih, para guru, karena telah merawat semesta dengan cinta. Dari tangan dan hati Anda, masa depan Indonesia dibangun.

Posting Komentar

0 Komentar

Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.

Posting Komentar (0)

#buttons=(Ok, Go it!) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Ok, Go it!
To Top