Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Foto Pemkab Jombang.
EDUKASIA.ID - Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur resmi dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Prabowo Subianto pada Senin, 10 November 2025.
Lantas, apa alasan di balik penghargaan ini dan bagaimana profilnya? Simak ulasannya berikut.
Profil Gus Dur
Mengutip laman Kabupaten Jombang, Abdurrahman Wahid lahir di Jombang, 7 September 1940, sebagai anak pertama dari enam bersaudara.Ia merupakan putra KH Wahid Hasyim dan Hj. Sholichah, sekaligus cucu KH Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama.
Gus Dur menempuh pendidikan di beberapa pesantren di Indonesia setelah berpindah dari Jombang ke Jakarta.
Gus Dur menempuh pendidikan di beberapa pesantren di Indonesia setelah berpindah dari Jombang ke Jakarta.
Sepeninggal ayahnya pada 1954, ia melanjutkan pendidikan di Pondok Pesantren Krapyak, Yogyakarta, dan kemudian sempat menempuh studi di Al-Azhar University, Kairo, Mesir.
Menjadi Presiden ke-4 RI, Gus Dur menjabat dari 20 Oktober 1999 hingga 23 Juli 2001, menggantikan B.J. Habibie. Ia dikenal sebagai “Bapak Pluralisme”, menjunjung tinggi keberagaman suku, agama, dan ras.
Menjadi Presiden ke-4 RI, Gus Dur menjabat dari 20 Oktober 1999 hingga 23 Juli 2001, menggantikan B.J. Habibie. Ia dikenal sebagai “Bapak Pluralisme”, menjunjung tinggi keberagaman suku, agama, dan ras.
Salah satu langkah terkenalnya adalah mencabut Inpres No. 14 Tahun 1967, yang melarang kegiatan perayaan Imlek, untuk mendobrak diskriminasi terhadap warga Tionghoa.
Di era kepemimpinannya, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 4,9 persen pada tahun 2000, dan Gus Dur berhasil menurunkan rasio gini hingga 0,31, terendah dalam 50 tahun terakhir.
Gus Dur wafat pada 30 Desember 2009 di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta, pada usia 69 tahun, dan dimakamkan di Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur.
Pendiri KedaiKOPI, Hendri Satrio alias Hensa, menjelaskan alasan utama dukungan publik adalah karena Gus Dur berhasil mengawal toleransi dan demokrasi Indonesia dengan persentase mencapai 89,1 persen.
“Mayoritas mendukung Abdurrahman Wahid sebagai pahlawan nasional karena berhasil mengawal toleransi dan demokrasi Indonesia, kemudian karena menjadi Presiden yang sederhana dan keluarganya tidak memanfaatkan jabatan, menjadi Presiden yang dihormati kepada negara lain dengan diplomasinya, kemudian kinerja saat menjadi Presiden dirayakan,” kata Hensa.
Alasan lain yang mendorong dukungan publik adalah kesederhanaannya sebagai Presiden (57,1 persen), diplomasi internasionalnya (38,2 persen), serta kinerjanya selama menjabat yang dirayakan publik.
Di era kepemimpinannya, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 4,9 persen pada tahun 2000, dan Gus Dur berhasil menurunkan rasio gini hingga 0,31, terendah dalam 50 tahun terakhir.
Gus Dur wafat pada 30 Desember 2009 di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta, pada usia 69 tahun, dan dimakamkan di Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur.
Alasan Dukungan Publik
Dukungan publik terhadap Gus Dur juga terlihat dari survei terbaru Lembaga Survei KedaiKOPI (Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia). Hasilnya, 78 persen responden mendukung mantan Presiden itu menjadi Pahlawan Nasional.Pendiri KedaiKOPI, Hendri Satrio alias Hensa, menjelaskan alasan utama dukungan publik adalah karena Gus Dur berhasil mengawal toleransi dan demokrasi Indonesia dengan persentase mencapai 89,1 persen.
“Mayoritas mendukung Abdurrahman Wahid sebagai pahlawan nasional karena berhasil mengawal toleransi dan demokrasi Indonesia, kemudian karena menjadi Presiden yang sederhana dan keluarganya tidak memanfaatkan jabatan, menjadi Presiden yang dihormati kepada negara lain dengan diplomasinya, kemudian kinerja saat menjadi Presiden dirayakan,” kata Hensa.
Alasan lain yang mendorong dukungan publik adalah kesederhanaannya sebagai Presiden (57,1 persen), diplomasi internasionalnya (38,2 persen), serta kinerjanya selama menjabat yang dirayakan publik.



.png)



Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.