Curhat Anak Petani yang Telah Lama di Metropolis

Hamparan lahan pertanian di kampung Ruchman Bashori. (foto: Facebook)
Semarang. EDUKASIA.ID - Meskipun telah lama tinggal di kota metropolitan Jakarta, tak lantas menjadikan Ruchman Bashori, melupakan desa kelahirannya. Pria yang bekerja di Kementerian Agama (Kemenag) RI beberapa kali menuliskan tentang keadaan kampungnya, semacam curhat melalui akun medsos pribadinya.

Salah satu yang ditulisnya adalah tentang regenerasi petani. Ia menuliskan betapa saat ini di desanya kesulitan mencari SDM pertanian.

Ruchman menyebut semakin hari mencari tenaga kerja untuk mencangkul, pembenihan, menanam, menyiangi padi sampai panen di desa pun mengalami kelangkaan.

“Mereka yang tetap berjuang di pertanian tradisional semakin langka, sementara generasi sekarang kurang mencintai hal ihwal pertanian,” tulisnya di akun Facebook, belum lama ini.


(foto: facebook)
Ruchman yang kini dipercaya menjabat sebagai Kepala Subdirektorat Ketenagaan Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Direktorat Jenderal Pendidikan Islam ini merunut pada masa lalu, saat keemasan profesi petani. 

Dia mencontohkan ayahnya sendiri yang tekun sebagai petani dan telah mencoba pelbagai upaya budidaya pertanian pada lahan yang dimiliki.

“Dulu Bapaku Asmad Arifin menjadi petani kampung bahkan didaulat oleh teman-temannya sebagai Ketua Kelompok Tani Sri Lestari Desa Bungkanel, Karang Anyar Purbalingga. Ketekunanya bertani dibuktikan dengan banyak varian program pertanian yang diuji cobakan. Misalnya penanaman padi berjarak, penanaman berbagai macam bibit padi, penggunaan pelbagai macam pestisida dan soal pemupukan,” tambahnya.

Ayahnya yang seorang petani juga menjadi guru MI di kampungnya, ia sebut sudah istiqomah.

Beberapa teori yang didapatkan ayahnya dari peserta Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) hingga PPL Pertanian juga sudah diterapkan, seperti percobaan budidaya belut, beternak kelinci sampai mencoba menanam pelbagai jenis palawija dari PPL.

Saat masa keemasan kini berangsur usai, kini menurutnya perlu diubah paradigma bertani.
(foto: facebook)
“Soal paradigma bertani tradisional yang harus mulai diubah menjadi pertanian agribisnis bahkan agi industri menjadi sangat penting,” tegasnya.

Dirinya berharap, empunya ahli segera melakukan transformasi atas problem regenerasi petani di desa-desa. Seperti arah pengembangan pertanian ke depan mestinya harus bagaimana, serta agar persediaan pangan berlimpah.

“Catatan dari anak petani yang kini tidak lagi meneruskan tradisi bertani orang tuanya. Semoga bermanfaat, Bungkanel, 15 Januari 2022, RB” tulisnya menutup catatan.

Sumber: Facebook
Editor: Moh. Miftahul Arief

buttons=(Accept !) days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top