Anggota Komisi X DPR RI, Andi Muawiyah Ramly (Amure). Foto PKB.
EDUKASIA.ID - Anggota Komisi X DPR RI, Andi Muawiyah Ramly (Amure), mendorong pemerintah agar tidak hanya mengembangkan kurikulum berbasis teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) dan koding di sekolah umum saja. Menurutnya, pesantren juga perlu dilibatkan aktif dalam transformasi pendidikan digital.
"Jika kurikulum AI dan koding hanya diberikan di sekolah umum, maka akan terjadi ketimpangan kompetensi digital di masa depan," jelasnya dilansir dari laman resmi PKB.
Politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini menilai pesantren memiliki potensi besar sebagai pusat pengembangan teknologi yang berakar pada nilai-nilai keislaman dan kearifan lokal. Oleh sebab itu, ia meminta pemerintah, khususnya Kemendikbudristek dan Kemenag, untuk segera menyusun roadmap integrasi kurikulum AI dan koding di jenjang pendidikan pesantren.
Menurut Amure, santri bukan hanya harus dibekali ilmu agama, tetapi juga kemampuan abad 21 agar bisa bersaing di dunia kerja dan pengetahuan global.
“AI dan koding adalah bahasa baru dunia kerja dan pengetahuan global. Jika santri tidak dipersiapkan dari sekarang, kita akan kehilangan peluang besar,” ujarnya.
Amure juga mengusulkan agar penerapan kurikulum ini dilakukan secara bertahap dan kontekstual. Dia menekankan pentingnya pelatihan untuk guru pesantren serta penyediaan infrastruktur teknologi yang memadai.
“Bukan berarti langsung menyeragamkan semuanya. Tapi mulai dulu dari pesantren yang siap, dengan modul pembelajaran yang disesuaikan. Pemerintah bisa libatkan kampus-kampus IT dan komunitas digital untuk membina dan mendampingi,” jelasnya.
Sebagai legislator yang memperjuangkan pendidikan berbasis nilai dan keadilan, Amure menegaskan revolusi digital harus merangkul pesantren sebagai salah satu pilar pendidikan nasional.
“Jangan sampai transformasi digital justru menciptakan kesenjangan baru. Pemerintah wajib hadir untuk memastikan seluruh anak bangsa, termasuk santri, mendapat kesempatan yang setara untuk tumbuh dan bersaing di era teknologi ini,” tutupnya.
Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.