Rapat bersama jajaran pimpinan Ditjen Pendidikan Islam (Pendis) di kantor Kemenag, Senin, 17 November 2025. Foto Kemenag.Jakarta. EDUKASIA.ID - Wakil Menteri Agama Romo Muhammad Syafii kembali menyoroti arah pengembangan pendidikan madrasah di tengah perubahan kebutuhan dunia kerja.
Wamenag menegaskan bahwa transformasi pendidikan madrasah tidak bisa ditunda. Ia menyampaikan pesan Presiden Prabowo Subianto yang meminta agar peserta didik madrasah dibekali keterampilan tambahan di luar kompetensi keagamaan agar siap bersaing di pasar kerja.
“Anak-anak madrasah tidak hanya belajar agama tetapi juga belajar skill lain seperti di sekolah vokasi agar mereka bisa bersaing dan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kompetensinya,” ujarnya dalam rapat bersama jajaran pimpinan Ditjen Pendidikan Islam (Pendis) di kantor Kemenag, Senin, 17 November 2025.
Romo Syafii menjelaskan, pengembangan Madrasah Vokasi akan membawa konsekuensi pada kebutuhan tenaga pendidik, terutama guru vokasional. Ia menyebut bahwa penyesuaian juga perlu dilakukan di perguruan tinggi keagamaan seperti UIN dan IAIN.
“Sekiranya harus punya itu dan ini nanti kan efeknya guru-guru vokasional perlu ada, UIN/IAIN perlu ada program vokasi,” sambungnya.
Ia kemudian menawarkan gagasan mengenai kategorisasi baru madrasah agar fungsi dan arah setiap jenis lembaga lebih fokus. Menurutnya, pemisahan peran akan membantu madrasah menghasilkan lulusan dengan kompetensi yang lebih terarah.
“Saya kepikir ini kalau bisa madrasah dibagi tiga aja, untuk mencetak ulama-ulama yang kompeten di kemudian hari kita harus besarkan Madrasah PK (Program Keagamaan),” ujarnya.Tapi, untuk melahirkan insan cendekia yang lulusannya terbaik kita tetap perbesar MAN IC," ujarnya.
Kendati demikian, lanjut dia, untuk menyiapkan tenaga yang siap kerja pihaknya perlu MAN Kejuruan.
Dalam rapat tersebut, Wamenag juga menyampaikan informasi dari Presiden terkait meningkatnya permintaan tenaga kerja terampil asal Indonesia di luar negeri. Ia menyebut peluang itu terbuka luas, terutama di kawasan Eropa.
“Setiap tahun 27 negara Eropa itu kalau dirata-ratakan mereka butuh tenaga kerja terampil dari Indonesia per negara itu 15 ribu tenaga kerja terampil,” ungkapnya.
Romo Syafii menekankan bahwa arah pendidikan madrasah harus kembali pada kepentingan peserta didik. Ia mengingatkan agar pembahasan internal tidak hanya terpaku pada soal anggaran, tetapi juga masa depan lulusan.
“Artinya kita menatap masa depan seperti apa nasib anak didik kita, kita tidak hanya sibuk dengan kekurangan pembiayaan, tapi kita juga harus sibuk bagaimana anak-anak ini ke depan betul-betul mendapat fasilitas yang mereka butuhkan untuk memilih bidang yang mereka pilih,” tuturnya.
Rapat tersebut dihadiri Direktur KSKK Madrasah Nyayu Khodijah, Direktur GTK Madrasah Fesal Musaad, Direktur Diktis Sahiron, Direktur Pesantren Basnang Said, Direktur PAI M Munir, serta para pejabat di lingkungan Ditjen Pendis Kementerian Agama.


.png)




Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.