AKP Dr. H. Iswan Brandes, S.Pd.I., M.Si., M.M., M.K.M., CPHR., CBA., CPM., C.PS., C.GMC., C.TMP., C.HL., C.MTr., CGHR saat bertugas sebagai petugas haji di Arab Saudi. Foto ist.
EDUKASIA.ID – Publik kerap terhenyak saat membaca nama perwira Polda Gorontalo ini. Gelarnya berjejer panjang dan tak lazim untuk seorang polisi aktif: AKP Dr. H. Iswan Brandes, S.Pd.I., M.Si., M.M., M.K.M., CPHR., CBA., CPM., C.PS., C.GMC., C.TMP., C.HL., C.MTr.
Namun siapa sangka, perjalanan akademik AKP Brandes justru diawali dari kisah yang tidak mulus. Sebelum menjadi anggota Polri, ia sempat mendaftar kuliah S1, namun terpaksa berhenti di tengah jalan.
“Sebelum diterima di kepolisian, saya awalnya kuliah S1, tapi putus di tengah jalan,” ujar AKP Brandes, dilansir dari BeritaHaji.id.
Setelah resmi menjadi anggota Polri, ia kembali memantapkan niat melanjutkan pendidikan. Ia mendaftar S1 Pendidikan Agama Islam di IAIN Sultan Amai Gorontalo dan lulus pada 2009.
Minat awalnya sebenarnya pada psikologi. Namun karena jumlah peminat sedikit, program studi tersebut tidak jadi dibuka. Ia kemudian mencari bidang yang paling mendekati, hingga akhirnya memilih Pendidikan Islam.
“Saya cari yang paling relevan, akhirnya Pendidikan Agama Islam,” tutur pria kelahiran Gorontalo, 5 Mei 1984 itu.
Keputusan tersebut sempat menuai cibiran dari sejumlah senior. Namun menurutnya, hal tersebut tidak berpengaruh baginya.
Sederet gelar akademik itu diraih dalam kurun waktu sekitar sepuluh tahun. Awalnya, ketika bertugas di Brimob sebagai komandan kompi, ia melihat banyak waktu luang di luar jam dinas.
“Saya bukan tipe yang gemar nongkrong atau touring. Jadi waktu itu saya isi dengan kuliah,” ujar Dosen tetap Pascasarjana Universitas Gorontalo itu.
Saat menempuh S2, ia merasa prosesnya relatif ringan. Dari situ, ia mengambil S2 lain di kampus berbeda, dijalani bersamaan, bahkan diselesaikan dan diwisuda pada waktu yang sama.
Ketika sudah menempuh S3 Administrasi Publik, Lulusan Terbaik Doktoral Unibevristas Gorontalo (UNG) itu menyadari bahwa latar belakang S2 Manajemen sangat dibutuhkan. Akhirnya, S3 dan S2 kembali dijalani secara paralel.
Ketua Ikatan Alumni Doktor Administrasi Publik Universitas Negeri Gorontalo (UNG) itu menggambarkan, saat banyak anggota Polri memanfaatkan akhir pekan untuk beristirahat atau berkumpul bersama keluarga, ia justru menggunakannya untuk kuliah.
“Hampir sepuluh tahun saya nyaris tidak punya waktu istirahat yang utuh,” ungkapnya.
Niat Belajar, Pangkat Mengikuti
Seiring perjalanan waktu, terjadi perubahan regulasi Kapolri terkait percepatan kenaikan pangkat bagi anggota Polri yang memiliki pendidikan sarjana. Aturan tersebut membuat kepangkatannya ikut naik lebih cepat.
Namun ia menegaskan, kenaikan pangkat bukan tujuan utamanya menempuh pendidikan berulang kali.
“Alhamdulillah, ternyata sekolah juga berdampak pada pangkat. Padahal itu bukan tujuan saya. Saya yakin, itu kekuasaan Allah yang memberi rezeki kepada orang yang mau belajar,” ujarnya.
Motivasi menempuh pendidikan berlapis juga terinspirasi dari pernyataan seorang profesor yang menyebut bahwa target studi sebaiknya diselesaikan sebelum usia 40 tahun. Setelah itu, fokus hidup diarahkan pada penguatan rohani.
Prinsip tersebut ia anggap benar. Sejak usia 30 tahun, ia mengejar target akademik secara serius. Gelar doktor diraihnya pada usia 36 tahun, dan seluruh target utama rampung sebelum 40 tahun.
Meski demikian, ia mengakui dampak fisik mulai terasa di tahun-tahun terakhir. Ia sempat mengalami kelelahan berat hingga sakit tipes, namun tetap menjalankan tugas kepolisian secara penuh.
Konsekuensi dari fokus panjang pada studi adalah kehidupan pribadi. AKP Brandes menikah di usia 32 tahun dan kini dikaruniai dua anak. Ia mengakui usia pernikahannya tergolong terlambat.
“Dalam hidup harus ada yang dikorbankan. Mengejar akademik dan keluarga bersamaan itu tidak mudah, harus ada skala prioritas,” katanya.
Wasiat Ayah, Muallaf yang teguh
Kesungguhan AKP Brandes menempuh pendidikan tidak lepas dari sosok ayahnya, seorang mualaf yang menjadi figur paling berpengaruh dalam hidupnya.
Sang ayah kerap menyesali tidak sempat mengenyam pendidikan tinggi karena keterbatasan ekonomi dan kondisi sosial setelah masuk Islam. Pesan itu terus diulang: jika orang tua tidak mampu sekolah tinggi, maka anak harus berjuang lebih keras.
“Ayah saya orang yang paling berjasa dalam hidup saya,” ucapnya dengan suara bergetar.
Ayahnya juga pernah mengalami penolakan dari keluarga besar karena memilih Islam. Dari pengalaman itu, AKP Brandes diminta menjadi panutan di lingkungannya, menjaga keyakinan, dan tidak kembali ke agama asal.
AKP Brandes juga diminta berjuang agar anak-anak muda di kampung halamannya memiliki semangat menempuh pendidikan tinggi, karena pada masa itu hampir tidak ada yang bergelar S2, apalagi doktor.
Selain ayahnya, AKP Brandes juga terinspirasi pesan Komjen Pol (Purn) Budi Waseso yang menegaskan bahwa kuliah bukan untuk terlihat pintar, melainkan untuk melatih cara berpikir logis. Menurutnya, pendidikan mempengaruhi kualitas pengambilan keputusan dalam karier, organisasi, maupun kehidupan.
Saat ini, dosen tetap Pascasarjana Universitas Gorontalo itu tengah mengurus kenaikan jabatan akademik ke lektor. Target berikutnya, dalam empat tahun ke depan, ia ingin mengajukan diri sebagai guru besar.
Ia menyadari, jumlah polisi bergelar profesor masih sangat terbatas dan umumnya berasal dari kalangan perwira tinggi atau purnawirawan. Namun hal itu tidak menyurutkan langkahnya untuk terus mengabdi di dua dunia sekaligus: kepolisian dan akademik.
Deretan Gelar AKP Dr. H. Iswan Brandes
Dr. – Doktor Administrasi Publik
S.Pd.I – Sarjana Pendidikan Islam
M.Si – Magister Sains
M.M – Magister Manajemen
M.K.M – Magister Kesehatan Masyarakat
CPHR – Certified Professional Human Resources
CBA – Certified Behavior Analyst
CPM – Certified Professional Mediator
C.PS – Certified Public Speaking
C.GMC – Certified Growth Mindset Coach
C.TMP – Certified Training Management Professional
C.HL – Certified Human Leadership
C.MTr – Certified Material Test Report
CGHR – Certified Green Human Resource
Kini, AKP Brandes masih melangkah. Ia tengah menempuh Magister Filsafat, gelar ke-15 dalam perjalanan akademiknya.



.png)



Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.